At Tauhid edisi VIII/4
Oleh: Muhammad Rezki Hr
Pengertian Syirik dan Pembagiannya
Syirik adalah lawan dari tauhid. Jika yang dimaksud dengan tauhid adalah mengesakan dan mengkhususkan Allah dalam perbuatanNya (rububiyah), dalam hal ibadah (uluhiyah), dan dalam hal nama dan sifatNya (asma’ wa sifat), maka syirik adalah kebalikannya, yaitu menyekutukan Allah dalam hal yang sebenarnya menjadi kekhususan bagi Allah, baik dalam perbuatanNya (rububiyah), dalam hal ibadah (uluhiyah), atau dalam hal nama dan sifatNya (asma’ wa sifat).
Syirik dalam hal perbuatan (rububiyah) Allah adalah meyakini adanya makhluk selain Allah yang mampu mencipta, mematikan, menyembuhkan orang sakit, mendatangkan rizki, mendatangkan bencana, dll. yang sebenarnya perbuatan tersebut adalah hak Allah. Syirik dalam hal ibadah (uluhiyah) adalah melakukan ibadah kepada selain Allah baik ibadah itu berupa do’a, menyembelih, tawakkal, bersedekah, dll. Adapun syirik dalam nama-nama dan sifat (asma’ wa sifat) Allah adalah meyakini bahwa adanya makhluk yang memiliki nama dan sifat yang itu sebenarnya adalah kekhususan bagi Allah semisal mengetahui hal yang gaib.
Menurut kadarnya, syirik terbagi dua, yaitu syirik akbar (besar) dan syirik asghar (kecil). Syirik akbar adalah menyekutukan Allah dalam kekhususan-Nya (yaitu dalam rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa sifat) yang mengakibatkan batalnya keislaman pelakunya. Sedangkan syirik asghar adalah menyekutukan Allah dalam kekhususan-Nya akan tetapi –berdasarkan Al Qur’an dan hadits– tidaklah menyebabkan keislaman pelakunya batal. Pada kesempatan kali ini akan dibahas lebih lanjut mengenai syirik akbar.
Konsekuensi Syirik akbar
Selain menyebabkan batalnya keislaman seseorang, ada beberapa konsekuensi yang akan didapatkan oleh orang yang melakukan syirik akbar, diantaranya:
Menutup Pintu Surga
Pelaku syirik akbar telah Allah haramkan untuk masuk surga dan tempatnya di akhirat adalah neraka –wal‘iyadzubillah–. Hal ini sebagaimana firman Allah :
“Sesungguhnya orang-orang yang menyekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya kelak adalah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al Maidah: 72)
Menutup Pintu Ampunan Allah
Barangsiapa mati dalam keadaan belum bertaubat dari perbuatan syirik akbar, maka ia telah menutup pintu ampunan Allah, sebagaimana Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”(QS.An Nisa’ : 48)
Mengahapus Seluruh Amalan
Akan sia-sialah seluruh amalan yang pernah dilakukan oleh seseorang yang melakukan syirik akbar –jika ia tidak bertaubat–, sebagaimana firman Allah
“Jika kamu menyekutukan Allah, niscaya akan terhapuslah seluruh amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS.Az zumar: 65)
Contoh-contoh Syirik Akbar
Meski pun syirik akbar adalah perbuatan dosa yang paling besar dosanya, perbuatan dzalim yang paling dzalim, dan perbuatan kufur yang paling kufur, akan tetapi masih banyak di antara kaum muslimin di zaman ini yang masih terjerumus ke dalam perbuatan ini. Berikut di antara contohnya:
Menyembelih untuk Selain Allah
Menyembelih hewan/kurban adalah di antara bentuk ibadah kepada Allah, sebagaimana Allah memerintahkan dalam surat Al Kautsar:
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!” (QS.Al Kautsar: 2)
Sesuatu yang Allah perintahkan maka itu adalah ibadah. Karena menyembelih hewan atau berkurban adalah ibadah maka sembelihan tersebut haruslah ditujukan kepada Allah semata. Betapa banyak kita lihat pada zaman sekarang ini, termasuk di Indonesia, kaum muslimin yang melakukan sembelihan bukan untuk Allah, akan tetapi untuk jin atau ‘makhluk gaib’ yang dianggap menunggui suatu tempat. Misalnya adalah sembelihan yang menjadi syarat sebelum dibangunnya sebuah gedung atau jembatan di suatu tempat yang diyakini apabila syarat tersebut tidak dipenuhi, ‘penunggu’ tempat tersebut akan murka. Perbuatan semacam ini jelas merupakan sebuah perbuatan syirik akbar.
Ngalap Berkah
Yang berhak dan mampu mendatangkan keberkahan kepada seorang makhluk hanyalah Allah semata. Jika demikian, tidak semestinya seorang makhluk meminta berkah kepada selain Allah, atau juga meminta berkah kepada Allah dengan cara yang tidak pernah Allah dan Rasul-Nya ajarkan. Bahkan berdasarkan banyak ayat Al Qur’an dan hadits meminta berkah kepada selain Allah tergolong ke dalam perbuatan syirik akbar. Betapa banyak orang yang mengharap berkah kepada pohon yang dianggap suci, batu yang dianggap mistis, bangunan dan tempa yang dianggap keramat. Walaupun orang-orang yang mengharap berkah dari benda-benda tersebut berkeyakinan bahwa Allahlah yang mendatangkan berkah, perbuatan seperti ini tetap tidak benar karena Allah dan Rasul-Nya tidak pernah memerintahkan untuk melakukan hal tersebut.
Berdo’a kepada Selain Allah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Do’a itu ibadah.” (HR.Ahmad dan Tirmidzi, hasan shahih)
Karena do’a adalah ibadah maka wajib hanya ditujukan kepada Allah semata. Di zaman ini betapa banyak orang yang berdo’a kepada wali, orang shalih, atau kiai yang telah mati. Jangankan kepada wali, orang shalih, atau kyai, berdo’a kepada Nabi Muhammad yang merupakan makhluk paling mulia saja adalah perbuatan terlarang yang merupakan di antara bentuk syirik akbar. Walaupun orang-orang yang berdo’a kepada selain Allah tersebut berkeyakinan Allahlah yang mengabulkan do’a, sementara wali, orang shalih, atau kyai tersebut hanyalah perantara agar Allah mau mengabulkan, maka hal tersebut tetaplah tercela di sisi Allah. Sebagaimana Allah dalam Al Qur’an mencela orang-orang musyrik yang berkata:
‘Sesungguhnya kami tidak menyembah mereka, melainkan hanya supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya’ ” QS. Az-Zumar : 3)
Kerancuan Soal Syirik Akbar
Ada beberapa anggapan yang tidak benar yang menyebar di kaum muslimin saat ini terkait syirik akbar. Berikut di antaranya:
Anggapan bahwa Syirik Akbar itu Hanya dalam Rububiyah
Ada anggapan bahwa syirik itu hanyalah terjadi dalam hal rububiyah Allah dan tidak ada syirik dalam hal uluhiyah danasma’ wa sifat Allah. Sehingga yang namanya syirik hanyalah jika seseorang beranggapan bahwa ada tuhan dan pencipta selain Allah. Anggapan seperti ini tidak benar dan bertentangan dengan apa yang didakwahkan dan diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah tidaklah mendakwahi orang-orang kafir dari bangsa arab yang melakukan syirik dalam hal rububiyah, akan tetapi orang-orang kafir tersebut melakukan syirik dalam haluluhiyah. Orang kafir arab adalah orang-orang yang telah meyakini bahwa Allah adalah pencipta alam semesta, namun mereka masih didakwahi dan diperangi oleh Rasulullah karena mereka melakukan kesyirikan dalam hal ibadah mereka, sebagaimana Allah berfirman:
“Katakanlah (kepada kaum musyiriki), ’Kepunyaan siapakah bumi ini dan semua yang ada padanya jika kamu mengetahui?’ Mereka (kaum musyrikin) akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah’.” (QS. Al Mu’minun: 84)
Anggapan bahwa Syirik Akbar Hanya Menyembah Berhala
Adalagi anggapan bahwa yang namanya syirik akbar itu adalah jika seseorang menyembah berhala sebagaimana orang-orang musyrik pada zaman Rasulullah yang menyembah berhala. Anggapan ini tentulah tidak benar, Allah berfirman:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah semata dengan memurnikan ibadah kepada-Nya” (QS. Al Bayyinah: 5 )
Maka ibadah apapun itu jenisnya haruslah ditujukan kepada Allah dan jika ditujukan kepada selain Allah maka tergolong dalam perbuatan syirik akbar. Sedangkan ibadah maknanya sangat luas, sebagaimana ulama’ menjelaskan bahwa ibadah itu mencakup seluruh yang dicintai Allah dan diridhoi oleh Allah, baik itu berupa amalan atau pun perkataan, baik yang sifatnya tampak (amalan lisan dan anggota badan) atau tidak tampak (amalan hati). Maka jika ada seseorang yang bertawakkal (menyandarkan diri, termasuk amalan hati) kepada selain Allah, maka itu juga tergolong dalam syirik akbar. Meskipun orang tersebut tidak melakukan amalan berupa sesembahan kepada berhala.
Anggapan bahwa Tidak Perlu Lagi Memperingatakan Umat tentang Syirik Akbar
“Tidaklah perlu lagi kita mendakwahkan kepada umat islam tentang syirik akbar karena mereka sudah mengucapkan dua kalimat syahadat” atau “syirik akbar itu kan sudah jelas, lebih baik kita berdakwah tentang yang lain”, begitulah di antara anggapan yang tidak benar yang menyebar pada kaum muslimin. Bukanlah demikian yang diajarkan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah orang yang sangat takut umatnya terjerumus dalam kesyirikan sehingga beliau memerintahkan agar tauhid senantiasa didakwahkan dan syirik senantiasa diperingatkan. Sesungguhanya perbuatan syirik itu adalah perbuatan yang sangat samar sebagaimana disabdakan oleh Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Kesyirikan itu lebih samar daripada rayapan semut” (HR. Abu Ya’la dan Ibnul Mundzir, Sahih).
Ditambah lagi di zaman ini, perbuatan yang pada hakikatnya kesyirikan dikemas seakan-akan bukanlah perbuatan kesyirikan. Perbuatan berdo’a kepada orang solih atau wali yang telah mati dinamakan sebagai ‘wujud kecintaan kepada orang solih’. Mengunjungi dan mengharap berkah dari kuburan wali atau orang solih dinamakan sebagai ‘wisata rohani’ atau ‘wisata religi’. Maka hal ini menunjukkan bahwa memperingatkan umat islam akan bahaya kesyirikan adalah sesuatu yang penting. Bahkan peringatan ini semakin lama semakin dibutuhkan karena perbuatan kesyirikan semakin lama akan semakin merajalela, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tidak akan terjadi hari kiamat, sehingga segolongan besar dari ummatku cenderung pada orang-orang musyrik dan ikut beribadah pada berhala”. (HR.Tirmidzi)
Anggapan bahwa Tobatnya Pelaku Syirik Akbar Tidak Diterima
Diantara anggapan yang tidak benar pula terkait syirik akbar adalah anggapan bahwa pelaku syirik akbar tidak akan diterima taubatnya oleh Allah. Anggapan ini tidak benar berdasarkan firma Allah:
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)
Juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya Allah akan senantiasa menerima taubat seorang hamba selama ruh belum sampai di tenggorakan (belum dicabut nyawanya)” (HR. Ibnu Majah, Ahmad, & Tirmidzi, Hasan)
Demikian pembahasan yang singkat ini. Semoga kita dijauhkan dari perbuatan menyekutukan Allah. Allahu a’lam.[Muhammad Rezki Hr]
0 komentar:
Posting Komentar