makna lain musibah banjir


musibah banjir indonesia

Alhamdulillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, wa ba’du,

Pembaca yang budiman,
Kita semua tentu sangat berharap agar hujan yang Allah turunkan menjadi rahmat dan bukan adzab. Namun tidak semua harapan bisa menjadi realita. Hujan yang kita harapkan menjadi rahmat, ternyata justru menjadi tentara Allah yang siap menghukum kita, dan menjadi azab bagi mereka yang durhaka. Hujan bak pisau bermata dua, bisa menguntungkan dan sekaligus bisa merugikan.

Tentunya anda masih ingat peristiwa yang pernah terjadi di zaman Nabi Nuh ‘alaihis salam. Bagaimana Allah membalas keangkuhan umat Nuh denagn hujan dan air yang berlimpah.

“Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan.” (QS. Al Qamar: 11-12).

Di saat itulah, tidak ada yang bisa menyelamatkan diri, selain mereka yang Allah rahmati.

“Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir. Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (QS. Hud: 42-43)

Apa Sebab Banjir?

Ayat yang sering didengungkan ketika terjadi musibah, adalah firman Allah di surat Ar-Rum:

“Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan, disebabkan perbuatan tangan-tangan manusia. Agar Allah merasakan sebagian dari perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka kembali.” (QS. Ar-Rum: 41).

Ada satu hal yang telah menjadi mindset hampir semua orang terkait ayat ini, tafsir ‘perbuatan tangan-tangan manusia’ hanya terbatas pada sikap manusia yang tidak ramah terhadap lingkungan. Mereka menyimpulkan bahwa banjir, atau bencana apapun bentuknya, disebabkan sikap manusia yang tidak disiplin dalam mengelola lingkungan. Di saat banjir mulai melanda, rame-rame orang menyalahkan buang sampah sembarangan, infrastruktur yang kurang diperhatikan pemerintah, eksploitasi alam yang tidak terkontrol, dst…
Namun, tahukah anda, ternyata sebab utama banjir atau bencana alam lainnya, tidak hanya dalam bentuk lahiriyah sebagaimana anggapan di atas. Ada sebab terpenting yang ternyata belum dipahami kebanyakan orang. Sebab itu adalah maksiat.

Perbuatan maksiat dan kedurhakaan kepada Sang Pencipta, merupakan sebab terbesar Allah mendatangkan bencana alam. Dosa dan maksiat adalah sebab terbesar Allah mendatangkan banjir. Itulah tafsir yang dipahami oleh para sahabat ulama masa silam terhadap surat Ar-Rum di atas. Berikut diantara tafsir mereka,
At-Thabari menyebutkan ketarangan dari Al-Hasan Al-Bashri ketika menafsirkan ayat ini,

“Allah menghancurkan mereka disebabkan dosa mereka, berupa kerusakan di daratan maupun dilautan, disebabkan perbuatan buruk mereka..” (Tafsir At-Thabari, 20/108).

As-Suyuthi menyebutkan keterangan dari Abu Bakr bin Ayyasy, ketika beliau ditanya tentang ayat ini, beliau berkomentar,

“Sesungguhnya Allah mengutus Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ke penduduk bumi ketika mereka dalam kondisi rusak (masa jahiliyah). Kemudian Allah memperbaiki mereka dengan mengutus Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Siapa yang mengajak kepada perbuatan yang bertentangan dengan apa yang dibawa oleh Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, berarti dia termasuk orang yang berbuat kerusakan di muka bumi.” (Ad-Dur Al-Mantsur, 3/477).

Dikisahkan oleh Shofiyah radhiyallahu ‘anha, tentang gempa yang terjadi di zaman Umar radhiyallahu ‘anhu,
“Pernah terjadi gempa bumi di Madinah pada masa Umar radhiyallahu ‘anhu, sehingga beberapa pagar roboh, lalu Umar berkhotbah:

Wahai sekalian manusia, apa yang terjadi? Betapa cepatnya maksiat yang kalian lakukan. Jika terjadi gempa bumi lagi, kalian tidak akan menemuiku lagi di Madinah.” (HR. Baihaqi dalam Sunan-nya (3/342), Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushonnaf (2/473) dengan sanad yang shahih).

Gempa itu belum pernah terjadi di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Umar khawatir, dia juga tertimpa sebab maksiat yang dilakukan manusia. Beliau mengancam, jika terjadi gempa yang kedua, beliau akan keluar madinah.

Setelah memahami hal ini, dan dengan adanya musibah banjir, selayaknya kita berusaha untuk semakin dekat dengan Allah. Memohon ampunan kepada-Nya seraya berharap agar Dia segera melepaskan kaum muslimin dari musibah ini.

Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)”. Dan kaummu mendustakannya (azab) padahal azab itu benar adanya. Katakanlah: “Aku ini bukanlah orang yang diserahi mengurus urusanmu”. Untuk setiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui.” (QS. Al-An’am: 65 – 67)
Allahu a’lam

Oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)

0 komentar:

Posting Komentar

 
  • Service rolling door folding gate plafon pvc gybsum gerobak alumunium Bantul Jogja Sleman © 2012 | Designed by dara izhhar, in collaboration with syarie blogmaker , Blogger Templates and WP Themes