di terima atau di tolak itu urusan nanti

Ilustrasi (inet)Dua hari sebelumnya mendapat taujih dari teman berkaitan dengan sikap ikhwan, dan semalam dapat lagi guyonan dari seorang mbak yang berada di Jerman. Dari taujih maupun guyonan tersebut membuat tertawa dan berakhir pada suatu tujuan yang sama. 

Meskipun konteks penyampaiannya berbeda, yang satu berbentuk keseriusan sedangkan yang satunya lebih pada guyonan menuju keheningan malam.
tulisan ini tidak mewakili sikap ikhwah fillah yang sedang membaca, melainkan tulisan ini hanya sebatas imajinasi liar belaka.

 Entah kenapa ikhwah fillah cuma berani membicarakan saja, hanya berani mengguyoni, hanya berani diajak chat melalui sosial media, hanya sanggup menantap jarak jauh tak berani mengatakan siap pada ikatan yang dianjurkan Allah, hanya jago di kandang tapi tidak berani mendatangkan wali. Banyak hal kenapa baru berani di kandang, antara lain tidak punya nyali besar, cuma berani berada di comfort zone, jangan cuma berani nge-like status facebooknya saja, jangan cuma berani following twitternya, merasa belum mampu menafkahi, takut ditolak, ingin membahagiakan keluarga dahulu, dan terakhir tidak dapat restu dari orang tua. Sungguh sakit ya!!!

Mungkin juga karena merasa belum mapan, merasa tidak pantas, merasa belum saatnya untuk menyatakan rasa suka, merasa belum yakin karena tidak setara dengan si wanita baik dari sisi finansial, pendidikan, fisik, keluarga, berasumsi jangan-jangan ditolak, dan jangan-jangan dipermalukan.

Jika memang belum berani, belum sanggup, masih betah di comfort zone, dan belum mendapat restu sebaiknya jangan engkau bicarakan mereka (akhwat) dalam keadaan apapun, jangan nge-like statusnya, jangan following twittenyar.

 Jangan guyonin apalagi memberi janji untuk serius karena itu akan menyakiti hati sendiri dan semakin terlihat bahwa kalian jago di kandang. Kenapa mengatakan jago di kandang? Karena cuma berani aman saja tetapi tidak berani menerima kenyataan pahitnya. Atau kenapa ikhwan bersikap seperti itu, karena nyali sudah hilang dan keberanian sudah tenggelam oleh kegalauan maksimal.
Sampai kapan punya keberanian untuk datang pada walinya? Apakah sampai kaya?

 Padahal kalau tunggu kaya, bisa-bisa usia sudah tua. Sedangkan teman seperjuangan sudah menenteng kiri kanan. Apakah sampai hati yakin? Padahal soal keyakinan tidak ada manusia yang yakin seratus persen bahkan hati itu selalu berbolak-balik dan istikharah merupakan cara menyakini hati. Sampai tidak ada pilihan baru memilih. Sampai puas menikmati kesendirian atau sampai cari waktu pas dari ramalan bintang.

Padahal sudah tahu wanita yang disukai memiliki masa depan yang cerah untuk mendidik si buah hati (anak-anak), memiliki potensi menjadi istri yang shalihah. 
Sedangkan ia memiliki karakteristik yang tidak dimiliki sembarang orang dan memiliki jiwa membangun sekolah peradaban. Jangan sampai orang pernah hadir dalam qalbumu, orang yang pernah kau ucapkan dalam doa, dan orang yang sesuai dengan kriteriamu diambil oleh sang pemberani tentu akan menyesal nantinya.

Tahu gak ? Saat ini tidak gampang mencari wanita shalihah meskipun jumlah wanita lebih dominan dari kaum adam, yang gampang mencari wanita matre, wanita menebar aurat dengan vulgar dan wanita suka bersolek di luar nalar. Bayangkan saja jika wanita minim ilmu agama dan menebar aurat begitu gampang, apa yang akan terjadi ketika membina rumah tangga dan menciptakan perabadan kehidupan…”Jawab aja sendiri”.

Maaf bukan bermaksud menyentil, bukan maksud menyinggung, bukan maksud membuat galau. Rangkaian kalimat ini semoga bisa menjadi motivasi untuk bangkit, untuk menjadi pemberani, untuk bebenah segera dan agar tetap bisa menjaga hati dalam kondisi keindahan.

Apakah rela orang tersebut diambil orang lain?! Tentu tidak diinginkan. Jikaulah tidak mau, segera nyatakan perasaan tersebut kepadanya orangtua dan sampaikan maksud bahwa siap menjadi partner terbaik bagi anak mereka. Apakah nanti diterima atau ditolak itu soal nanti. Datang saja belum tapi sudah pesimis, sudah takut, sudah menyimpulkan dan sudah minder saja. Kalau beranggapan seperti itu terus sampai kapan berani?

Bukankah kepribadian seperti itu adalah kepribadian yang ling-lung. Apakah sampai tumbuh keberanian, sampai yakin, sampai dapat ilham?! Padahal laki-laki membiarkan wanita yang disukai diambil oleh orang lain adalah laki-laki tidak mempunyai prinsip, laki-laki bodoh dan belum siap membebani tanggung jawab.
 Masalah penolakan itu adalah hal biasa dalam siklus kehidupan. Kalau hidup tanpa penolakan sepertinya bumbu-bumbu kehidupan tidak begitu nyeesss. Ibarat makanan diperlukan berbagai macam bumbu agar merasa nikmat makanan tersebut begitu juga dalam mencapai cita-cita dalam menemukan pasangan hidup tentu juga harus mendapat penolakan agar memahami apa kekurangan diri.

Meminjam status teman yang dipublikasi melalui facebook bahwa 
“Nikahi seseorang itu dengan kekuatan iman & potensi yang dimilikinya. Gunakanlah mata hatimu untuk melihat seseorang hari ini dengan refleksi MASA DEPAN. Bila hari ini dia miskin, atau hari ini dia masih belajar, tidak masalah!!. Bila hari ini dia kesulitan, atau dia belum mencapai pencapaian standar-standar dunia, jangan takut! Lihatlah potensi itu, kenalilah pikiran dan karakternya. Apakah dia berpotensi menjadi ayah/ibu, berpotensi menjadi kaya raya, atau berpotensi membangun umat? Dan tentu potensi tertinggi adalah apakah dia berpotensi masuk surga dan kita bisa turut serta bersamanya?”

Selamat menjadi jiwa pemberani dan tidak hanya berani di kandang saja tetapi berani menunjukkan pada orang bahwa kita adalah insan yang siap mengemban amanah yang mengalirkan pahala, siap mendatangkan walinya dan siap menjadi imam kehidupan dalam keluarga Sakinah Mawaddah Warrahmah.
sumber dakwatuna.com

0 komentar:

Posting Komentar

 
  • Service rolling door folding gate plafon pvc gybsum gerobak alumunium Bantul Jogja Sleman © 2012 | Designed by dara izhhar, in collaboration with syarie blogmaker , Blogger Templates and WP Themes