Laki-laki yang Tidak Layak Dijadikan Suami

0 komentar


kriteria suami istri


Laki-laki yang Tidak Layak Dijadikan Suami

Tanya:
Jika ada gadis yang ingin menikah, dia sudah dilamar banyak lelaki, apa saja karakter yang harus diperhatikan dan harus dijauhi dr lelaki? Karena dia ingin pernikahan dg seorang lelaki ini bahagian sehingga hanya dialami hanya sekali, dalam arti tidak sampai terjadi perceraian.
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Semua orang mendambakan hidup bahagia. Terlebih setelah dia menikah. Karena perjalanan panjang manusia, tidak lepas dari keterlibatan keluarga di sekitarnya. Setiap lelaki ingin mendapatkan istri yang baik, menurut kriterianya. Demikian pula, setiap wanita ingin mendapatkan suami yang baik menurut kriterianya. Karena standar bahagia setiap manusia, berbeda-beda. Mungkin anda akan merasa terheran ketika melihat ada pasangan suami istri, yang perbandingan wajahnya ’selisih jauh’, ibarat langit dan bumi. Tapi bagi masing-masing, itulah kebahagiaan.
Karena itu, sangat sulit jika kami harus menyampaikan kriteria apa saja yang bisa membuat wanita bahagia. Mengingat semacam ini, kembali kepada selera. Hanya saja, menimbang beberapa dalil yang kami pahami, selain penampilan, ada 4 sifat baik lelaki yang penting untuk diperhatikan:
1. Agamanya baik
Nampaknya menjadi harga mati untuk yang satu ini. Agama dan sekaligus akhlak yang baik. Karena agama Allah turunkan agama ini sebagai acuan untuk bimbingan manusia. Dan dengan akhlaknya yang baik, dia akan berusaha mengamalkannya. Untuk itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan para wali, agar segera menerima pelamar putrinya, yang baik agama dan akhlaknya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamberpesan,

2. Lugu dengan keluarga dan tidak keras
Apabila ada orang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, yang meminang putri kalian, nikahkan dia. Jika tidak, akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar
. (HR. Turmudzi 1084, Ibn Majah 1967, dan yang lainnya. Hadis ini dinilai hasan oleh al-Albani).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memisalkan wanita seperti al-Qawarir (gelas kaca). Fisiknya, dan hatinya lemah, sangat mudah pecah. Kecuali jika disikapi dengan hati-hati. Karena itu, tidak ada wanita yang suka disikapi keras oleh siapapun, apalagi suaminya. Maka sungguh malang ketika ada wanita bersuami orang keras. Dia sudah lemah, semakin diperparah dengan sikap suaminya yang semakin melemahkannya.
Sebaliknya, keluarga yang berhias lemah lembut, tidak suka teriak, tidak suka mengumpat, apalagi keluar kata-kata binatang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,

3. Berpenghasilan yang cukup
“Sesungguhnya kelembutan menyertai sesuatu maka dia akan menghiasinya, dan tidaklah kelembutan itu dicabut dari sesuatu, melainkan akan semakin memperburuknya.”
 (HR. Muslim 2594, Abu Daud 2478, dan yang lainnya).
Ketika Fatimah bintu Qois ditalak 3 oleh suaminya, dia menjalani masa iddah di rumah Ibnu Ummi Maktum – seorang sahabat yang buta –. Usai masa iddah, langsung ada dua lelaki yang melamarnya. Yang pertama bernama Muawiyah dan kedua Abu Jahm. Ketika beliau meminta saran dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

Diantara makna: ’tidak meletakkan tongkatnya dari pundaknya’ adalah ringan tangan dan suka memukul.Untuk Abu Jahm, dia tidak meletakkan tongkatnya dari pundaknya. Sedangkan Muawiyah orang miskin, gak punya harta. Menikahlah dengan Usamah bin Zaid.
 (HR. Muslim 1480, Nasai 3245, dan yang lainnya).
Anda bisa perhatikan, pertimbangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menyarankan Fatimah agar tidak menikah dengan Abu Jahm, karena masalah sifatnya yang keras. Sementara pertimbangan beliau untuk menolak Muawiyah, karena miskin, tidak berpenghasilan.
4. Tanggung jawab dan perhatian dengan keluarga
Tanggung jawab dalam nafkah dan perhatian dengan kesejahteraan keluarganya.
Bagian ini merupakan perwujudan dari perintah Allah untuk semua suami,

Beberapa suami terkadang tidak perhatian dengan keluarganya. Penghasilannya banyak dia habiskan untuk kebutuhan pribadi, sementara kebutuhan rumah lebih banyak ditanggung oleh istri. Lebih parah lagi, ketika terjadi perceraian, beberapa suami sama sekali tidak mau menafkahi anaknya. Sehingga yang menghidupi anaknya adalah ibunya.”Pergaulilah istri-istrimu dengan cara yang baik.”
 (QS. An-Nisa’: 19)
Memang ada mantan istri setelah perceraian, namun tidak ada istilah mantan anak.
Kemudian, di sana ada beberapa sifat – selain penampilan – yang harus dijauhi. Karena lelaki yang memiliki sifat ini, tidak layak menjadi suami seorang muslimah.
1. Aqidahnya rusak
Aqidah yang rusak, bisa menyebabkan seseorang keluar dari islam. Karena kerusakan aqidah, merupakan gerbang kekufuran. Sementara Allah melarang wanita muslimah menikah dengan lelaki musyrik atau kafir.

Karena itu, perlu diwaspadai model lelaki yang demen dengan klenik, tenaga dalam, amalan-amalan pesugihan, pemikat orang, suka berteman dengan paranormal, bercita-cita mendapat karomah layaknya wali, atau merawat jimat. Umumnya mereka sangat sulit disembuhkan. Sekali percaya dengan dukun gurunya, biasanya terikat untuk terus jadi budak si dukun.Janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu.
 (QS. Al-Baqarah: 221)
Beberapa istri sempat mengadukan keadaan suaminya ke konsultasisyariah.com. Karena sejak berteman dengan paranormal, kebiasaannya menjadi aneh, dan suka menjadikan istri sebagai objek percobaan.
Termasuk juga mereka yang memiliki pemahaman menyimpang, seperti pengikut Syiah, penganut wihdatul wujud, atau penganut tarekat sesat lainnya. Tidak ada yang bisa dipertahankan dari aqidah mereka.
2. Tidak pernah Shalat
Shalat merupakan ibadah paling penting dalam islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan shalat sebagai batas antara mukmin dan kafir. Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Kemudian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menjadikan shalat sebagai perjanjian besar umat islam. Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,Sesungguhnya pembatas antara seseorang dengan kesyirikan atau kekufuran adalah meninggalkan shalat
. (HR. Ahmad 15183, Muslim 82, dan yang lainnya).

Karena alasan ini, para sahabat menghukumi orang yang meninggalkan shalat, sebagimana orang kafir. Seorang tabi’in, Abdullah bin Syaqiq mengatakan,Perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat. Karena itu, siapa yang meninggalkannya maka dia kafir.
 (HR. Ahmad 22937, Nasai 463, Turmudzi 2621, dan dishahihkan al-Albani).

Orang tidak shalat, sejatinya sumber petaka di rumah tangga. Karena itu, hindari kriteria calon suami yang tidak shalat.Dulu para sahabat, tidaklah mereka menganggap ada satu ibadah yang apabila ditinggalkan bisa menyebabkan kafir, selainshalat. (HR. Turmudzi 2622, dan dishahihkan al-Albani)
3. Tidak menjaga pergaulan dengan lawan jenis
Allah ta’ala melarang orang baik-baik untuk menikah dengan lelaki pezina atau wanita pezina, hingga mereka bertaubat dari zinanya.

Diantara hikmah larangan menikahi mereka adalah agar istri tidak terkena imbas buruk dari kebiasaan suami yang pernah berzina namun belum taubat. Karena penyakit mudah suka terhadap lawan jenis, bisa saja kambuh. Terlebih jika dia pernah berhubungan di luar nikah. Sehingga perbuatannnya ini memicunya untuk selingkuh.”Laki-laki pezina tidak boleh menikah melainkan dengan perempuan pezina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan pezina tidak boleh dikawini melainkan oleh laki-laki pezina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin.”
 (QS. An-Nur: 3)
4. Berpenghasilan haram
Hidup serba kecukupan adalah dambaan setiap wanita. Dengan segala fasilitas yang lengkap, memudahkan dirinya untuk melakukan berbagai aktivitasnya. Namun itu semua hanya standar dunia. Standar yang hanya kembali pada kebahagiaan lahiriyah, yang tentu saja itu bukan segala-galanya. Konsekuensi menikah dengan lelaki berpenghasilan haram, berarti siap untuk makan harta haram hasil kerja suami. Rela untuk berbahagia dengan yang haram.
Dari Ka’ab bin Ujrah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Ibnu Rusyd mengatakan,“Tidak ada daging yang tumbuh dari as-suht, kecuali neraka lebih layak baginya.”
 (HR. Turmudzi 614 dan dishahihkan al-Albani).

Berfikir 1000 kali untuk memiliki calon suami pegawai bank, berpenghasilan riba di luar bank, atau bekerja membantu proyek yang haram, pegawai perusahaan barang haram, dst. Halal haram penghasilan orang tua, menentukan keberlangsungan hidup anaknya.Ulama madzhab Malikiyah tidak berselisih pendapat bahwa seorang gadis yang dinikahkan ayahnya denagn lelaki peminum khamr atau lelaki fasik secara umum, dia berhak untuk menolak lamaran nikah, sementara hakim menimbang masalah dan memisahkan keduanya. Demikian pula jika dia dinikahkan dengan orang yang hartanya haram atau lelaki yang suka mengancam talak (Bidayatul Mujtahid, Hal. 404).
5. Perokok berat
Selain merugikan kesehatan, merokok juga dapat membuat sebagian besar wanita ill feel. Ada beberapa alasan, mengapa mereka tidak suka perokok,
  • Pertama, aroma tubuh seorang perokok tidak sedap apalagi perokok berat. Bagi orang yang tidak merokok, ngobrol bersama perokok adalah sebuah siksaan batin. Dia dipaksa sabar untuk menahan nafas bau mulutnya yang sangat tidak sedap.
  • Kedua, kebutuhan beli rokok, jelas mengurangi kantong tabungan sang suami. Jika kebutuhan rokok 10 ribu/bungkus/hari, dalam satu bulan suami menghabiskan 300rb hanya untuk menambah sesak paru-parunya.
  • Ketiga, ancaman bahaya bagi perokok pasif. Beberapa kasus anak kecil yang meninggal karena dosa ayahnya, ahli hisab rokok. Sebenarnya dia sudah berupaya menghindari anaknya ketika merokok. Tapi endapan nikotin di baju sang ayah, tidak bisa dihindarkan dan tercium si anak.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah ingatkan, agar kita selalu berusaha menghindari hal yang membahayakan,

Allahu a’lam
“Tidak boleh melakukan perbuatan yang membuat mudharat bagi orang lain baik permulaan ataupun balasan.”
 (HR. Ibnu Majah. Hadis ini di shahihkan oleh Albani).
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)

seorang hamba yang dapat memindahkan istana

0 komentar


1. Surat An-Naml Ayat 40
Allah Berfirman:
Artinya:
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba Aku apakah Aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnyadia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".

2. Tafsir Surat An-Naml Ayat 40


 (Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab) yang di turunkan, telah di riwayatkan oleh Muhammad bin Ishaq dari Yazid bin Rumman: “Ia bernama Asif ibnu Barkhiya; dia terkenal sangat jujur dan mengetahui tentang asma Allah Yang Teragung”, yaitu suatu asma apabila dipanjatkan do’a niscaya do’a itu dikabulkan. Berkata Abu Shalih, Dhihak, dan Qatadah: “Dia itu seorang manusia dari Bani Israil”. Dan sebagian dari mufassirin ada yang mengatakan bahwa dia itu adalah Nabi Sulaiman itu sendiri.


 --- انا ءاتيك به فبل أن يرتد إليك طرفك (Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip) ia berkata: “lihatlah langit itu”, maka Nabi Sulaiman pun menujukkan pandangannya ke langit, setelah itu ia mengembalikan pandangannya ke arah semula sebagaimana biasanya, tiba-tiba ia menjumpai singgasana Ratu Balqis itu telah ada di hadapannya.


 Wahab Bin Munabah berkata: Ketika Nabi Sulaiman mengarahkan pandangannya ke langit, di sa’at itulah orang yang memiliki ilmu itu berdo’a kepada Allah.Telah berkata Azzuhri: dia berdo’a dengan membaca “Ya Ilahana wa ilahun kulla syai’in ilahan wahidan la Ilaha illa Anta a’tini bi ‘arsyiha”.


Maka di sa’aat itulah dengan seketika singgasana Ratu Balqis yang berada di negeri Saba’ (Yaman) hadir di hadapan Nabi Sulaiman yang berada di Baitul Muqaddas (Palestina) yang jika di tempuh dengan perjalanan, butuh waktu sangat lama dan sangat jauh.


 Berkata Abdurrahman bin Zayid bin Aslam: Nabi Sulaiman tidak merasakan apapun, ibaratnya Allah meletakkan singgasana itu di bawah bumi, lalu memunculkannya di bawah singgasana Nabi Sulaiman.--- فلما راه مستقرا عنده (Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak) telah berada di hadapannya.--- قال هذا من فضل ربي (iapun berkata ini termasuk karunia tuhanku)--- ليبلوني (untuk menguji diriku)--- ءاشكر ام اكفر (apakah aku bersyukur atau mengingkari) nikmatnya.


--- ومن شكر فانما يشكر لنفسه (dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya) artinya pahalanya itu untuk dirinya sendiri dan untuk bekalnya kelak.
 --- ومن كفر فان ربي غني كرم (dan barangsiapa yang ingkar sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia) yaitu Dia Maha kaya tidak membutuhkan kesyukuran, dan dia Maha Mulia DzatNya. 


Walau seandainya tidak ada yang mensyukuri atau meyembahNya, Allah tetap Maha Agung, dan tidak akan berkurang sesuatu apapun. Dan Sifat Maha MuliaNya tetap akan memberikan kemurahan kepada orang-orang yang mengingkari nikmatNya.


penafsiran lain


Penafsiran


Kata berasal dari kata yaitu gerakan membuka mata atau kelopak mata. Dalam bentuk membukanya guna melihat sesuatu.


Sedangkan kata terambil dari kata yang berarti mengembalikan yang berarti tertutup kembalinya kelopak mata yang sebelumnya terbuka.


Untuk penafsiran surat An-Nahl ayat 40, bahwasanya sumber ilmu adalah al-Kitab atau al-Qur’an dan bagi yang menguasainya, maka kedudukannya pun akan mulia dalam ayat tersebut yang dimaksud memindahkan adalah memindahkan istana Ratu Balqis ke kerajaan Nabi Sulaiman dalam waktu sekejap. Orang yang berilmu pun akan dapat menguasai apa yang mereka kehendaki dengan ilmunya meskipun lawannya makhluk berupa jin Ifrit sekalipun dan dalam waktu yang tak terduga akan tetapi karunia berupa ilmu tersebut juga untuk menguji apakah dia bersyukur atas karunia dari Tuhan-Nya dan jika ia bersyukur maka Allah akan menambah ilmu dan karunia-Nya, akan tetapi jika dia tidak bersyukur dan mengira bahwa kelebihan ilmu tersebut berasal dari dirinya dan dari usahanya, akan tetapi Allah jauh lebih dari itu.


Uraian tersebut jelas bahwasannya ilmu itu bersumber dari al-Kitab atau al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah dan ilmu yang diperolah dari Allah tersebut bukanlah hanya sebagai hiasan tubuh dan lidah, akan tetapi untuk diamalkan karena dengan mengamalkannya akan menjadi cahaya penerang menuju kebahagiaan.


 Hubungan Dengan Ayat Sebelumnya Dan Sesudahnya


Sebuah ayat pasti bersinambungan dengan ayat yang lain baik dengan ayat sebelum, sesudah ataupun ayat yang lainnya. Sedangkan hubungan surat an-Naml ayat 40 dengan ayat sebelumnya an-naml ayat 39 adalah merupakan kelanjutan kisah dari kisan Nabi Sulaiman dengan ratu Balqis dan menjadi jawaban dari tawaran jin ifrit untuk memindahkan istana ratu Balqis dalam waktu sebelum Nabi Sulaiman berdiri dari singgasananya, akan tetapi muncullah hamba yang mendapat karunia ilmu yang lebih dari Allah yang mampu menandinginya hanya dengan ilmu.


Sedangkan hubungan an-Naml ayat 41 tidak berbeda maksudnya masih merupakan kelanjutan dari kisah tersebut. Akan tetapi disana juga terdapat keterangan bahwasannya semakin orang berilmu maka ia akan semakin merasa tidak dapat melakukan apa-apa (rendah hati) karena mereka berfikir bahwa diatas langit masih ada langit dan yang memiliki kesempurnaan dan pemuliaan hanyalah Allah semata. Mereka tidak ada apa-apanya.


 Penafsiran Lain


Ibnu Asyur berpendapat bahwa perbincangan antara Jin Ifrit dan orang yang memiliki Ilmu al-Kitab sebagai perlambang bagi kemampuan ilmu dan hikmah untuk melakukan hal-hal yang tak dapat dilakukan oleh kekuatan. Upaya perolehan ilmu adalah cara penggunaan kekuatan yang tidak dapat dilakukan oleh kekuatan itu melalui dukung mendukung antara kekuatan satu dengan kekuatan yang lainnya. Dengan demikian uraian ini merupakan simbol dari kemenangan ilmu atas kekuatan. Dikarenakan tokoh/kedua tokoh tersebut adalah “anak buah” dari Nabi Sulaiman. Maka ini menunjukkan keutamaan Nabi Sulaiman dari Allah SWT sehingga keduanya dapat beliau gunakan.


Dalam hal kedudukan orang-orang yang berilmu, terdapat hadits qudsi yang menjelaskan yaitu (artinya): Nabi Muhammad saw bersabda: Sesungguhnya Allah Yang maha Mulia lagi Maha Agung berfirman: “Barang siapa yang memusuhi wali-Ku (orang yang dekat kepada-Ku) maka sesungguhnya Aku telah nyatakan perang baginya. Tidaklah seorang hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri dengan melakukan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Dan bila Aku mencintainya, menjadilah Aku telinganya yang ia gunakan untuk mendengar, matanya yang ia gunakan untuk melihat, tangannya yang dengannya ia menghajar, dan kakinya yang dengannya ia berjalan, apabila ia bermohon kepada-Ku maka pasti Ku-kabulkan permohonannya, apabila ia meminta perlindungan-Ku maka pasti ia Ku-lindungi. Tidak pernah Aku mundur maju menyangkut sesuatu yang Ku-kerjakan sebagaimana mundur maju-Ku terhadap jiwa hamba-Ku yang mukmin. Ia tidak senang mati, padahal aku tidak sednang menyakiti (hati)nya”. (HR. al-Bukhari, melalui Abi Hurairah). 


Menurut penafsirannya juga bahwa ayat tersebut dengan mengetahui dan mengamalkan ilmu yang didapat dari Allah SWT seseorang akan memperoleh kekuatan dan kemamuan jauh melebihi kekuatan dan kemampuan yang cerdik dan jenius walaupun dari jenis jin sekalipun. Manusia paling tidak memiliki empat daya pokok yaitu: 1) Daya fisik yang apabila diasah akan menimbulkan keterampilan 2) Daya pikir yang melahirkan teknologi dan ilmu 3) Daya kalbu yang menghasilkan iman serta dampak-dampaknya yang luar biasa, dan 4) Daya hidup yang mampu menjadikan pemiliknya mampu menghadapi tantangan hidup.

 
  • Service rolling door folding gate plafon pvc gybsum gerobak alumunium Bantul Jogja Sleman © 2012 | Designed by dara izhhar, in collaboration with syarie blogmaker , Blogger Templates and WP Themes