telah hadir buah hati kami yang tercinta

Hari selasa ,25november pukul 23.00,perut istri sudah merasa mulas,karena dikira cuma sakit perut karena memang baru diare dan juga  HPL masih 8 hari lagi ,saya santai aja,istri sekitar jam 03.00  bangunin saya minta di kerokin,pukul 04.15 terdengar adzan subuh lalu saya pergi ke masjid,setelah pulang dari masjid  ternyata istri sudah keluar darah dan saya di suruh mempersiapkan perlengkapan untuk di bawa kebidan,Hari rabu, 26 november  2014 (bertepatan dengan 3 safar 1436 H), pada pukul 06.00 kami mengantarkan istri tercinta pada seorang bidan di daerah panggungharjo, sewon bantul – DIY (sekitar 1 km dari kediaman mertua). 
Ketika telah sampai di kediaman si bidan, lalu istri diperiksa oleh pembantu bidan,beberapa saat sambil istri mengutarakan keluhannya yang sudah sering mulas-mulas. Setelah menunggu bidan untuk memeriksa,Lantas bidan mengatakan sesudah memeriksa, “sudah pecah ketuban”.” Alhamdulillah, begitu girangnya ketika kami mendengarnya. Sungguh kami sangat bersyukur dan kami selalu mengingat perkataan beberapa sahabat[1],

لَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ

“Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.” Maksud perkataan ini adalah di balik kesulitan ada kemudahan yang begitu dekat.

Pukul 07.30, saya menemani istri sambil membaca doa sebisa saya ,Istri di ajarin bidan cara mengejang karena memang istri rasanya kepengen mengejang tiap bebera menit.
Pukul 09.30 sambil terus menemani istri yang berjuang,hingga dirasa istri kesulitan dalam mengejang maka bidan melakukan pelebaran di jalan keluar  . Selang beberapa menit, terdengarlah  tangis seorang bayi tepat pada pukul 10.05. “Bayinya perempuan sehat dan selamat”, kata perawat . Alhamdulillah, puji syukur pada Allah. Kami pun tersenyum tanda gembira.

Anak kami yang pertama pun lahir. Bayi perempuan yang sungguh imut. Hati ini begitu senang dan gembira. saya terus menemani istri di ruang bersalin. Alhamdulillah istri dan bayi  dalam keadaan selamat. Ketika ditimbang bayi kami memiliki berat 2,9kg dengan panjang 49 cm. Puji syukur hanya milik Allah. Setelah itu saya menyuruh kakak ipar untuk mencarikan kurma,sekaligus mendoakan kebaikan padanya, juga tak lupa untuk menciumnya.

Bidan berkata”monggo pak.. jika mau di adzanin” saya dengan mantap memilih untuk tidak mengumandangkan adzan atau iqomah di telinganya. Hal inilah Yang di anggap aneh pada diri kami, kami tidak mengumandangkan adzan atau iqomah pada telinganya. Dan inilah pendapat yang kami pegang dalam masalah ini walaupun itu menyelisihi pendapat mayoritas ulama fiqh. Karena memang dalil yang membicarakan masalah adzan di telinga bayi adalah dalil-dalil yang dho’if yang tidak bisa terangkat sampai derajat hasan. Kami pun sependapat dengan Imam Malik dalam masalah ini.

Anak  perempuan ini  kami beri nama Rumaisyo fatimah azzahra.

Rumaysho adalah nama lain dari Ummu Sulaim, seorang sahabat wanita dari kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah ibu dari sahabat mulia, Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.

Fatimah azzahra adalah nama putri rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ya Allah..berikan keberkahan dalam anak yang dianugerahkan kepada kami ,mudahkan kami untuk selalu bersyukur kepada Mu hingga ia mmencapai dewasa dan kami dikaruniai kebaikannya.


Ya Allah hanya Engkau aku tuju hanyalah ridhoMu-lah yang aku nantikan.

[1] Di antara yang membawakan perkataan ini adalah Umar bin Khottob. Lihat Siyar A’lam An Nubala, Adz Dzahabi, 1/15, Mawqi’ Ya’sub dan Tarikh Dimasyq, Ibnu ‘Asakir, 25/477, Darul Fikr

contoh kata kata dalam bok aqiqah

bagi yang bingung merangkai tulisan atau kalimat dalam kartu ucapan aqiqah,tulisan di bawah ini bisa copy atau jadi referensi.
kalimat di bawah ini kami rangkai dengan istri tercinta untuk kartu ucapan dalam nasi waktu aqiqah buah hati yang tercinta.

 semoga bermanfaat


Bismillahirohmannirohim

Assalamualaikum wr wb

Alhamduliilahirobbilalamiin penuh syukur atas kelahiran anak kami yang  pertama dengan selamat; sebagai ungkapan rasa syukur dalam menerima amanahNya .kami jalankan sunnah rosul berupa aqiqah untuk putri kami yang tercinta.

insya Allah akan kami beri nama

RUMAYSHO FATIMAH AZZAHRA
(RUMAYSHO)


LAHIR :    3 SHAFAR 1436 H
PUKUL: 10.05 WIB

Ya rabb.. jadikanlah ia insan yang sholehah berbakti dan bermanfaat bagi orangtuanya didunia dan akhirat.

jadikanlah ia penghapal Al Qur’an dan senantiasa bersih hatinya,santun perangainya.

Ya Allah..berikan keberkahan dalam anak yang dianugerahkan kepada kami ,mudahkan kami untuk selalu bersyukur kepada Mu hingga ia mmencapai dewasa dan kami dikaruniai kebaikannya.AMIIN..

Wassalamualaikum wr wb
Kami yang berbahagia

Feri sumanto dan Ngatini

shalat shalat sunnah

Di antara nikmat yang Allah berikan kepada kaum muslimin adalah adanya amalan-amalan sunnah setelah Allah menetapkan adanya amalan-amalan yang wajib. Dengan adanya amalan-amalan sunnah tersebut, maka semakin banyaklah kesempatan untuk beramal bagi seorang muslim. Di antara amalan sunnah tersebut adalah apa yang dikenal sebagai shalat sunnah.
Definisi Shalat Sunnah
Yang dimaksud dengan shalat sunnah adalah seluruh shalat yang apabila ditinggalkan dengan sengaja oleh seseorang, maka tidak akan menyebabkan ia berdosa. Dalam ilmu fiqih, shalat sunnah sering juga disebut dengan istilah lain seperti shalattathowwu’, shalat mandubah, dan shalat nafilah.
Macam-macam Shalat Sunnah
Berikut di antara shalat sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan:
[1] Shalat Rowatib
Shalat rowatib adalah shalat sunnah yang mengiringi shalat wajib yang lima waktu, baik itu dilaksanakan sebelum atau pun sesudahnya. Shalat rowatib yang dilakukan sebelum shalat wajib dinamakan juga dengan shalat sunnah qobliyyah dan shalat rowatib yang dilakukan sesudah shalat wajib dinamakan juga dengan shalat sunnah ba’diyyah. Berdasarkan keterangan-keterangan hadits yang ada, berikut jumlah dan waktu shalat rowatib yang boleh dilakukan : dua raka’at sebelum shubuh, empat raka’at sebelum dan sesudah zuhur, empat raka’at sebelum ashar, dua raka’at sebelum dan sesudah maghrib, serta dua raka’at sesudah ‘isya.
Sangat dianjurkan untuk merutinkan shalat rowatib 12 raka’at dalam sehari dan semalam. Dalam sebuah hadits Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Barangsiapa shalat dalam sehari semalam dua belas raka’at maka akan dibangunkan untuknya rumah di Surga, yaitu: empat raka’at sebelum zuhur dan dua raka’at sesudahnya, dua raka’at sesudah maghr.ib, dua raka’at sesudah ‘isya, dan dua raka’at sebelum shubuh” (HR. Tirmidzi, derajat : hasan).
Di antara seluruh shalat rowatib tersebut, yang paling utama untuk dilakukan adalah dua raka’at sebelum shubuh, atau yang sering disebut dengan istilah shalat sunnah fajar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua raka’at sunnah fajar (shubuh) lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Muslim).
[2] Shalat Sunnah Mutlak
Shalat sunnah mutlak adalah shalat sunnah yang dilakukan dengan tidak terikat pada waktu tertentu, tempat tertentu, sebab tertentu, atau jumlah raka’at tertentu. Dengan kata lain, shalat ini boleh dilakukan kapanpun (kecuali pada waktu-waktu tertentu yang memang dilarang), di manapun (kecuali pada tempat-tempat tertentu yang memang dilarang), dengan jumlah raka’at berapapun. Shalat ini boleh dilaksanakan dengan cara dua raka’at-dua raka’at.
Di antara waktu yang terlarang untuk melaksanakan shalat sunah mutlak adalah : (1) waktu setelah shalat shubuh sampai terbitnya matahari, (2) waktu ketika matahari tepat lurus berada di atas kepala hingga sedikit tergelincir ke barat, dan (3) waktu setelah shalat ashar ketika matahari sudah menguning hingga matahari terbenam.
Dalil yang menunjukkan disyariatkannya shalat sunnah mutlak adalah sebuah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Perbanyaklah bersujud (dengan shalat), karena tidaklah engkau bersujud sekali kecuali Allah akan mengangkat satu derajat untukmu dan menghapus satu kesalahan darimu” (HR. Muslim).
[3] Shalat Tahajjud
Shalat tahajjud sering juga disebut sebagai shalat malam atau qiyamul lail, yaitu shalat sunnah yang boleh dilaksanakan di malam kapanpun, setelah seseorang bangun dari tidurnya sampai waktu terbitnya fajar. Sedangkan waktu yang paling utama untuk melakukan shalat tahajjud adalah pada sepertiga malam yang terakhir. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda tentang shalat tahajjud“Sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim)
Shalat tahajjud boleh dilaksanakan dengan cara dua raka’at-dua raka’at hingga jumlah raka’at yang mampu dilakukan.
[4] Shalat Witir
Secara bahasa, witir bermakna ganjil. Dinamakan demikian karena shalat witir hanya boleh dilaksanakan dalam jumlah ganjil —satu raka’at, tiga raka’at, dan seterusnya. Pelaksanaannya boleh sejak setelah shalat ‘isya sampai terbitnya fajar. Apabila shalat witir dikerjakan bersamaan dengan shalat malam, maka shalat witir dilaksanakan sebagai penutup shalat malam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda“Jadikanlah akhir shalat malam kalian adalah shalat witir” (HR. Bukhari & Muslim).
Untuk shalat witir yang tiga raka’at, boleh dilaksanakan dengan dua cara : (1) dua raka’at kemudian salam dan di tambah dengan satu raka’at kemudian salam, atau (2) dilaksanakan sekaligus tiga raka’at dengan satu kali duduk tasyahud dan satu kali salam.
[5] Shalat Dhuha
Shalat dhuha adalah shalat sunnah yang dilaksanakan pada waktu dhuha. Yang dimaksud dengan waktu dhuha adalah waktu sekitar 15 menit setelah terbitnya matahari sampai tibanya waktu zuhur. Di antara yang menjelaskan keutamaan shalat dhuha adalah sebuah hadits:
Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih bernilai sedekah, setiap bacaan tahmid bernilai sedekah, setiap bacaan tahlil bernilai sedekah, dan setiap bacaan takbir juga bernilai sedekah. Amar ma’ruf juga bernilai sedekah, dan nahi mungkar juga bernilai sedekah. Itu semua bisa diganti dengan melaksanakan shalat dhuha sebanyak 2 raka’at” (HR.. Muslim).
Shalat dhuha juga boleh dilaksanakan dengan cara dua raka’at-dua raka’at hingga jumlah raka’at yang mampu dilakukan.
[6] Shalat Isyroq
Shalat isyroq sebenarnya merupakan bagian dari shalat dhuha. Pembahasan tentang shalat ini sering disendirikan karena pelaksanaannya yang harus di awal waktu dhuha dan karena keutamaannya yang sangat besar. Isyroq maknanya adalah terbitnya matahari. Dinamakan shalat isyroq karena dilakukan beberapa saat (sekitar 15-20 menit) setelah terbitnya matahari. Di antara hadits yang menjelaskan keutamaan shalat isyroq adalah :
Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjamaah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh” (HR. Tirmidzi, derajat : hasan).
Dari hadits tersebut diketahui pula bahwa syarat untuk melaksanakan shalat isyroq adalah harus didahului dengan shalat shubuh berjamaah di masjid lalu berdzikir sampai waktu 15-20 menit setelah matahari terbit. Berdzikir tersebut bisa dalam bentuk membaca Al Quran, membaca baaan dzikir, mendengarkan tausiyah, dan seterusnya.
[7] Shalat Tahiyatul Masjid
Tahiyatul masjid secara bahasa artinya adalah penghormatan terhadap masjid. Adapun secara istilah, shalat tahiyatul masjid adalah shalat dua raka’at yang dilakukan sebelum seseorang duduk di dalam masjid kapan pun waktunya, termasuk ketika khotib jum’at sedang berkhutbah, tetap dianjurkan untuk melakukannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Apabila salah seorang diantara kalian memasuki masjid, maka janganlah ia duduk sampai ia shalat dua raka’at”(HR. Bukhari dan Muslim).
[8] Shalat Sunnah Wudhu
Shalat sunnah wudhu adalah shalat sunnah dua raka’at atau lebih yang dilaksanakan oleh seseorang yang baru saja berwudhu, kapan pun waktunya. Di antara dalil yang menganjurkan shalat sunnah wudhu adalah hadits yang menjelaskan tentang pertanyaan Nabi kepada Bilal tentang amalan yang paling Bilal sukai. Bilal pun menjawab, “…tidaklah aku berwudhu ketika siang atau pun malam hari kecuali aku akan shalat dengan wudhuku itu sesuai dengan apa yang telah ditetapkan untukku” (HR. Bukhari dan Muslim).
[9] Shalat Gerhana
Sebagian ulama berpendapat bahwa shalat gerhana adalah sunnah. Namun sebagian lagi berpendapat shalat gerhana adalah wajib. Terdapat sebuah perintah dari Nabi untuk melaksankan shalat apabila melihat gerhana”Jika kalian melihat dua gerhana (matahari dan bulan), bersegeralah menunaikan shalat” (HR. Bukhari).
Shalat untuk gerhana matahari biasa disebut dengan isitlah shalat kusuf, adapun shalat untuk gerhana bulan biasa disebut dengan istilah shalat khusuf. Tatacara pelaksanaan shalat gerhana berbeda dengan shalat sunnah lainnya, diperlukan pembahasan sendiri untuk menjelaskannya.
Tata Cara Shalat Sunnah
Pada asalnya, tatacara pelaksanaan seluruh shalat sunnah sama dengan shalat biasa dan dilakukan dengan dua rakaat-dua raka’at. Namun, hal tersebut tidak berlaku apabila memang ada dalil yang menjelaskan bahwa tata caranya memang berbeda, semisal tata cara pelaksanaan shalat witir yang boleh dalam tiga raka’at sekaligus hanya dengan satu duduk tahiyah dan satu salam, atau shalat gerhana yang dilakukan dengan dua rukuk setiap raka’at.
Lebih Utama di Rumah
Shalat-shalat sunnah yang telah disampaikan di atas jika tidak dipersyaratkan untuk dilakukan di masjid, maka lebih utama untuk dilakukan di rumah. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam besabda, “Sesungguhnya shalat yang paling utama adalah shalat yang dilakukan seseorang di rumahnya, kecuali untuk shalat wajib” (HR. Bukhari dan Muslim).
Akan tetapi, ada kondisi yang dapat menyebabkan shalat sunnah bisa lebih utama untuk dilaksanakan di masjid daripada di rumah, semisal jika dilaksanakan di rumah akan muncul rasa malas atau akan tidak khusyuk karena diganggu oleh anak-anak.
Penutup
Demikian di antara shalat sunnah yang kita dianjurkan untuk melaksanakannya. Terdapat beberapa shalat sunnah lainnya yang belum disebutkan di dalam pembahasan ini. Semoga kita dimudahkan untuk melakukan segala kebaikan.
Penulis : Muhammad Rezki Hr., ST., M.Eng. (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Muroja’ah : Ustadz Aris Munandar, M.PI

Jomblo’s Diary

Kamu pernah baca buku saya yang judulnya Jomblo’s Diary belum? Belum? Waduh, sayang sekali ya. Padahal buku itu terbit tahun 2010 lalu (hehehe…). Tetapi jangan khawatir, sedikit bocorannya saya tuliskan untuk buletin gaulislam edisi ini. Jujur, saya sendiri merasa tergelitik dengan istilah jomblo. Abisnya, kata jomblo tuh sebenarnya untuk ‘perawan tua’. Eh, sekarang, anak umur 9 tahun aja berani bilang, “gue lagi jomblo!” Waduuuh… Selain itu, alasan menurunkan tulisan ini di buletin karena lebih dari 80 persen pengirim SMS curhat ke gaulislam adalah tentang problem dengan lawan jenis: pacaran, ngadepin mantan, juga kesepian karena belum laku (jomblo). Halah!

Bro en Sis rahimakumullah, nggak usah lama-lama, berikut ini saya kutipkan seperlunya dari beberapa bagian artikel di buku saya tersebut. Kalo pengen lengkap ya beli aja bukunya. Ok? Hehehe.. sekalian numpang promo! Ini nih curhatan para jomblo, tetapi dengan kondisi ingin tetap selamat tanpa pacaran. Met nyimak aja deh nih:

“Gue ngerasa harus realistis. Meski kalo ngomongin soal “kepengen” sih, emang it’s hard to understand kondisi gue kayak sekarang tuh. Tapi akhirnya gue harus terima kenyataan bahwa memang gue jomblo. It’s ok. Gue mencoba untuk melatih hati dan pikiran untuk nerima kondisi seperti ini. Berubah dari sebuah pemahaman yang dulu emang sulit, tapi bukan berarti tak bisa dilakukan. Gue mulai mencoba jujur kepada diri gue sendiri, gue harus terima banyak nasihat, gue juga udah belajar banyak dari temen-temen baru gue. Meski berat menurut ukuran hawa nafsu gue, tapi gue berusaha dan terus berupaya untuk mengubah pandangan gue yang lama dengan pencerahan baru yang gue dapetin. Gue nggak termasuk makhluk yang anti perubahan. Gue harus berubah jika itu yang terbaik menurut gue dan sesuai tuntunan ajaran agama gue. Setidaknya gue setuju dengan pendapat temen-temen baru gue yang udah ngajarin tentang banyak hal seputar jomblo dan juga agama. Gue setuju.

Diary, gue ngerasa harus realistis. Karena memang kenyataannya gue masih jomblo. Gue mungkin akan tetap ngejomblo daripada gue harus ngorbanin kehormatan gue, daripada gue harus ikut-ikutan ancur ngelakuin perbuatan yang dilarang agama. Gue nggak mau main api lagi kalo belum siap segalanya. Gue masih harus banyak belajar dan gue harus fokus untuk belajar. Usia gue masih belia dibanding mas-mas yang udah ngajarin gue tentang hal ini. Gue malu juga, mereka yang udah siap secara biologis dan kesempatan, masih memperhatikan banyak hal, termasuk yang utama ajaran agamanya. Mereka tetap ngejomblo selama belum ada kesempatan, niat, dan sarana yang mendukung untuk menikah. Ingat lho, “menikah”, bukan “pacaran”.

Gue memang harus realistis. Gue terima kenyataan bahwa gue masih ngejomblo. Tapi bukan berarti gue sepi kegiatan. Gue masih keren meski tanpa cewek yang menjadi pacar gue. Status gue masih tetep mulia sebagai seorang manusia yang mencoba untuk bertakwa. Gue bukan sedang menghibur diri, tapi emang gue berusaha untuk berubah. Berubah dari kondisi di mana gue ngerasa dihantui dengan predikat jomblo, menjadi gue merasa enjoy dan terima kenyataan bahwa gue jomblo. Saat ini yang penting bagi gue adalah gue nyadar bahwa apa yang gue lakuin pasti bakalan dimintai pertangunganjawabnya di hadapan Allah Swt. Tuhan gue. Ah, ini memang soal cara pandang dan budaya aja bagi gue. Seperti yang pernah disampaikan sama temen-temen gue yang mahasiswa itu yag tempat kosnya dekat dengan rumah ortu gue.

Diary, dulu gue menilai jadi jomblo itu kutukan karena gue memandang bahwa menjadi pria sejati yang dewasa itu adalah diukur dari bagaimana kedekatan dan prestasi dia dengan lawan jenisnya. Gue dapetin doktrin dari temen-temen gue. Sekarang gue nyadar dan realistis bahwa ternyata ada banyak orang yang berbeda pendapat dalam satu masalah, termasuk memandang persoalan jomblo. Gue yakin dan sadar diri bahwa masih banyak orang yang ngejomblo bukan soal nggak laku di pasaran. Selain mereka menyakini soal jodoh yang dikasih dari Allah Swt., juga karena mereka tidak ingin mengkhianati ketaatannya kepada Dia yang memberi kehidupan kepada mereka. Mereka tidak mau berbuat maksiat hanya demi melepas status jomblo.

Gue tahu mereka hanya sedang bertahan untuk tetap mencintai Allah Swt. Gue tahu mereka hanya sedang bersabar atas ujian dan bersyukur atas semua yang diberikan Allah Swt kepada mereka. Mereka memilih jalan terjal penuh cemooh dan sindiran bahwa mereka nggak laku dan bujang lapuk atau perawan tua. Sesungguhnyalah, mereka adalah orang-orang yang menurut gue sangat unik dan langka di tengah bergeletakannya orang-orang yang memuja hedonisme dan permisifisme (duilee.. gue ngedadak jadi pinter kayak mas-mas mahasiswa ya? Hehehe.. ternyata diem-diem otak gue sebenarnya merekam semua yang gue lihat). Terima kasih ya Allah…

Gue memang harus mulai realistis, memahaminya dan menjadikan pilihan dengan kondisi gue yang lagi jomblo gini. Gue nggak akan merana. Gue akan bangun persepsi dalam pikiran gue sendiri bahwa jomblo itu bukan aib. Jomblo bisa jadi sengsara membawa nikmat. Sengsara? Nikmat? Iya, jadi jomblo bisa dipersepsi sebagai sebuah kesengsaraan karena kalo kita nggak tahan-tahan amat, bakalan stres. Kalo usia udah di atas kepala tiga, khususnya buat yang cewek, kalo ada pertanyaan: “kapan nikah?” Wuih.. gue empati.. dia mungkin sedih meski menutupi kesedihannya dengan senyumnya yang ditebar ke mereka yang bertanya. Kalo yang cowok mungkin nggak terlalu menjadi beban, meski ada juga yang kalo diledekin terus bisa ngebul ubun-ubun dan akhirnya stres juga. Hehehhe.. (ini bukan perasaan gue, gue cuma merasa diwakili aja sama temen gue hahahaha…).

Diary, gue harus, dan memang harus terima kenyataan. Bahwa gue sampai saat ini masih jomblo. Gue udah nggak peduli juga bila lima tahun ke depan gue masih ngejomblo. Gue cuma berpikir: gue harus fokus belajar; gue nggak mau kehormatan gue di hadapan Allah Swt. dinodai dengan kemaksiatan yang gue lakuin kalo sampe gue pacaran gara-gara ogah disebut jomblo; gue akan tetap menjomblo sampai suatu saat gue udah mampu dan gue udah dapetin kesempatan serta gue udah ketemu seseorang yang gue cintai dan (tentu dia mencintai dan sayang sama gue), baru deh mikir-mikir untuk nikah. Saat itu, status jomblo gue lepas tapi menuju status resmi: pernikahan. Hahaha.. kayaknya masih jauh deh. Tapi cita-cita boleh kan? Swit Swiiiw..

Bener banget. Gue juga pengen kayak orang-orang yang hidupnya bener, teratur, dan terarah. Gue sering denger omongan mama gue bahwa hidup ini kudu jadi orang baik-baik, berguna buat diri sendiri, kebanggaan keluarga, disenangi teman-teman, dan keberadaan gue sebagai manusia kudu bermanfaat bagi mereka sehingga mereka merasa kehilangan ketika gue nggak ada. Ah, gue memang kudu banyak belajar dalam hidup ini. Salah satunya, gue nggak mau melepas kejomboloan gue dengan cara yang maksiat. Gue harus sadar diri, bahwa apapun yang gue lakuin dalam hidup ini bakalan dimintai pertanggunganjawabnya oleh Allah Swt. Gue akan berusaha menjadi orang yang baik-baik dan gue pasti bisa. Doain gue ya.

Diary, tadi pagi gue ketemu temen-temen gue yang lama. Masih seperti biasa, mereka ngompori gue untuk hunting cewek lagi. Meski gue udah jelasin kalo gue udah punya pandangan berbeda ama mereka, tapi mereka maksa gue untuk ninggalin pandangan gue yang kata mereka tuh kagak gaul dan nggak bisa buktiin kejantanan. Gila! Memangnya kalo gue ngejomblo banci apa? Gue sebenarnya marah, tapi seperti biasa gue nggak berani untuk unjuk tinju. Gue berusaha sabar. Omongan mereka nggak gue dengerin. Ya, gue berusaha agar prinsip gue kali ini nggak tergerus omongan sesat temen-temen gue itu.

“Ngapain sih lo ngejomblo mulu? Apa nggak sayang tuh hidupmu dibuang sia-sia tanpa keindahan dan kebahagian dengan para cewek?” mereka nyindir gue sambil terbahak. Gue sakit hati, gue marah. Tapi gue tetap nggak bisa melawan mereka. Mungkin gue emang orangnya nggak tegaan (atau emang gue penakut?). Gue nggak peduli. Tapi itulah kenyataannya. Temen-temen gue nggak berubah. Mereka tetap seperti itu. Apalagi gue kayaknya nggak terlalu dianggap. Perubahan gue pun menurut mereka bukanlah hal yang istimewa. It’s ok. Bagi gue nggak masalah. Justru gue yang ngerasa kasihan kepada temen-temen gue yang makin terlalu jauh melangkah ninggalin yang sebenarnya perlu mereka pagang erat, yakni prinsip hidup dalam memegang kebenaran ajaran agama, Islam.

Oke lah, gue nggak terlalu mikirin temen-temen gue itu. Saat ini, gue lebih fokus gimana caranya supaya gue tetap tabah nerima kenyataan bahwa gue emang jomblo. Gue harus berusaha lebih keras agar bisa meyakinkan diri gue sendiri dengan apa yang gue ambil. Ini pilihan hidup gue untuk saat ini. Gue tetap akan menjadi jomblo sampai batas waktu yang belum gue tahu. Gue akan berusaha untuk tegar terima kenyataan. Semoga gue tabah. Nggak tergoda untuk ngelakuin hal-hal konyol yang pernah gue lakuin dulu, atau bahkan hal yang udah pasti dosa. Gue berusaha untuk tetap di track yang benar yang gue yakini.”


Lalu, apa?

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, itulah sekilas dari buku saya yang berjudul “Jomblo’s Diary”. Ya, itu contoh beberapa curhat mereka yang jomblo tetapi ingin tetap bertahan dalam kebenaran Islam. Dengan kata lain, mereka sih nggak masalah deh ngejomblo juga, asalkan jangan pacaran, karena pacaran adalah maksiat dan tentu saja berdosa kalo dilakukan. Prinsip keren tuh! Kamu pasti bisa juga bersikap seperti itu kan?

Lalu apa dan bagaimana? Tetaplah menjomblo sampai waktumu udah siap menikah. Jangan pacaran, jangan dekati mereka yang pacaran. Sebaliknya, kuatkan imanmu, jaga akidahmu, mantapkan ilmumu, eratkan ikatanmu terhadap syariat Islam, dan lebih keren lagi selamatkan mereka yang masih jomblo dengan dakwahmu. Ajak mereka untuk tetap sabar, tawakal, belajar, dan tentu saja menjauhi aktvitas pacaran. Keren kan? So, pasti![solihin | Twitter @osolihin]

memahami takdir Allah

Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk. Kesalahan dalam memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal, menyebabkan batalnya seluruh keimanan seseorang.Semoga paparan ringkas ini dapat membantu kita untuk memahami keimanan yang benar terhadap takdir Allah.
Empat Prinsip Keimanan kepada Takdir
Pembaca yang dirhamati Allah, perlu kita ketahui bahwa keimanan terhadap takdir harus mencakup empat prinsip.
Pertama. Mengimani bahwa Allah Ta’ala mengetahui dengan ilmunya yang azali (sejak dahulu) dan abadi tentang segala sesuatu yang terjadi baik perkara yang kecil maupun yang besar, yang nyata maupun yang tersembunyi, baik itu perbuatan yang dilakukan oleh Allah maupun perbuatan makhluk-Nya. Semuanya terjadi dalam pengilmuan Allah Ta’ala.
Kedua. Mengimanai bahwa Allah Ta’ala telah menulis dalam lauhul mahfuzh catatan takdir segala sesuatu sampai hari kiamat. Tidak ada sesuatupun yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kecuali telah tercatat.
Dalil kedua prinsip di atas terdapat dalam Al Kitab dan As Sunnah. Dalam Al Kitab, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah” (QS. Al Hajj : 70).
Allahjuga berfirman (yang artinya), “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)” (QS. Al An’am:59).
Sedangkan dalil dari As Sunnah, di antaranya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “… Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi” (HR. Muslim)
Ketiga. Mengimani bahwa kehendak Allah meliputi segala sesuatu, baik yang terjadi maupun yang tidak terjadi, baik perkara besar maupun kecil, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, baik yang terjadi di langit maupun di bumi.Semuanya terjadi atas kehendak Allah Ta’ala, baik itu perbuatan Allah sendiri maupun perbuatan makhluk-Nya.
Keempat. Mengimani penciptaan Allah,bahwa Allah Ta’ala menciptakan segala sesuatu baik yang besar maupun kecil, yang nyata dan tersembunyi,. Ciptaan Allah mencakup segala sesuatu dari bagian makhluk beserta sifat-sifatnya dan segala sesuatu berupa perkataan dan perbuatan makhluk.
Dalil kedua prinsip di atas adalah firman Allah Ta’ala(yang artinya), “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Kepunyaan-Nya lah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi.”(QS. Az Zumar : 62-63). Juga firman-Nya (yang artinya), Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu“.” (QS. As Shaffat : 96). (lihat Taqriib Tadmuriyah)
Sikap Pertengahan Dalam Memahami Takdir
Diantara prinsip ahlus sunnah adalah bersikap pertengahan dalam memahami Al Qur’an dan As Sunnah, tidak sebagaimana sikap ahlul bid’ahAhlus sunnah beriman bahwa Allah telah menetapkan seluruh takdir sejak azali, dan Allah mengetahui takdir yang akan terjadi pada waktunya dan bagaimana bentuk takdir tersebut, semuanya terjadi sesuai dengan takdir yang telah Allah tetapkan.
Adapun orang-orang yang menyelisihi Al Quran dan As Sunnah mereka bersikap berlebih-lebihan. Yang satu terlalu meremehkan dan yang lain melampaui batas. Kelompok Qadariyyah mereka mengingkari adanya takdir. Merka mengatakan bahwa Allah tidak menakdirkan perbuatan hamba. Menurut mereka perbuatan hamba bukan makhluk Allah, namun hamba sendirilah yang menciptakan perbuatannya. Mereka mengingkari penciptaan Allah terhadap perbuatan hamba.
Kelompok yang lain adalah yang terlalu melampaui batas dalam menetapkan takdir. Mereka dikenal dengan kelompokJabariyyah. Mereka berlebihan dalam menetapkan takdir dan menafikan adanya kehendak hamba dalam perbuatannya. Mereka mengingkari adanya perbuatan hamba dan menisbatkan semua perbuatan hamba kepada Allah. Jadi seolah-olah hamba dipaksa dalam perbuatannya. (Lihat Al Mufiid fii Muhammaati at Tauhid)
Kedua kelompok di atas telah salah dalam memahai takdir sebagaimana ditunjukkan dalam dalil yang banyak. Di antaranya firman AllaTa’ala(yang artinya)“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.”(QS. At Takwiir : 28-29)
Pada ayat “ (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus” merupakan sanggahan untukJabariyyahkarena pada ayat ini Allah menetapkan adanya kehendak bagi hamba. Hal ini bertentangan dengan keyakinan mereka yang mengatakan bahwa hamba dipaksa tanpa memiliki kehendak. Kemudian Allah berfirman (yang artinya), “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki oleh Allah, Tuhan semesta alam.” Dalam ayat ini terdapat bantahan untuk Qodariyah yang mengatakan bahwa kehendak manusia itu berdiri sendiri dan diciptakan oleh hamba tanpa sesuai dengan kehendak Allahkarena dalam ayat ini Allah mengaitkan kehendak hamba dengan kehendak-Nya. (lihat Al Irsyaad ilaa Shahiihil I’tiqad)
Takdir Baik dan Takdir Buruk
Takdir terkadang disifati dengan takdir baik dan takdir buruk. Takdir yang baik sudah jelas maksudnya. Lalu apa yang dimaksud dengan takdir yang buruk? Apakah berarti Allah berbuat sesuatu yang buruk? Dalam hal ini kita perlu memahami antara takdir yang merupakan perbuatan Allah dan dampak/hasil dari perbuatan tersebut. Jika takdir disifati buruk, maka yang dimaksud adalah buruknnya sesuatu yang ditakdirkan tersebut, bukan takdir yang merupakan perbuatan Allah, karena tidak ada satu pun perbuatan Allah yang buruk. Seluruh perbuatan Allah mengandung kebaikan dan hikmah. Jadi keburukan yang dimaksud ditinjau dari sesuatu yang ditakdirkan/ hasil perbuatan, bukan ditinjau dari perbuatan Allah.
Untuk lebih jelasnya bisa kita contohkan sebagai berikut. Seseorang yang terkena kanker tulang ganas pada kaki misalnya, terkadang membutuhkan tindakan amputasi (pemotongan bagian tubuh) untuk mencegah penyebaran kanker tersebut. Kita sepakat bahwa terpotongnya kaki adalah sesuatu yang buruk. Namun pada kasus ini, tindakan melakukan amputasi (pemotongan kaki) adalah perbuatan yang baik. Walupun hasil perbuatannya buruk (yakni terpotongnya kaki), namun tindakan amputasi adalah perbuatan yang baik. Demikian pula dalam kita memahami takdir yang Allah tetapkan. Semua perbuatan Allah adalah baik, walaupun terkadang hasilnya adalah sesuatu yang tidak baik bagi hamba-Nya.
Namun yang perlu diperhatikan, bahwa hasil takdir yang buruk terkadang di satu sisi buruk, akan tetapi mengandung kebaikan di sisi yang lain. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya)Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar Ruum : 41). Kerusakan yang terjadi pada akhirnya menimbulkan kebaikan. Oleh karena itu keburukan yang terjadi dalam takdir bukanlah keburukan yang hakiki, karena terkadang akan menimbulkan hasil akhir berupa kebaikan.( Lihat Syarh al ‘Aqidah al Wasithiyah li Syaikh ‘Utsaimin)
Bersemangatlah! Jangan Hanya Bersandar Pada Takdir
Sebagian orang memiliki anggapan yang salah dalam memahami takdir. Mereka hanya pasrah terhadap takdir tanpa melakukan usaha sama sekali. Sungguhini merupakan kesalahan yang nyata. Bukankah Allah juga memerintahkan kita untuk mengambil sebab dan melarang kita dari bersikap malas? Apabila kita sudah mengambil sebab dan mendapatkan hasil yang tidak kita inginkan, maka kita tidak boleh sedih dan berputus asa karena semuanya sudah merupakan ketetapan Allah. Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabdaBersemangatlah dalam hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah dan jangalah kamu malas! Apabila kamu tertimpa sesuatu, janganlah kamu mengatakan : ’Seaindainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan jadi begini atau begitu’, tetapi katakanlah : ‘Qoddarallāhu wa maa syā-a fa’ala (HR. Muslim)( Al Irsyaad ilaa Shahiihil I’tiqad)
Faedah Penting
Keimanan yang benar terhadap takdir akan membuahkan hal-hal penting, di antaranya sebagai berikut :
  1. Hanya bersandar kepada Allah ketika melakukan berbagai sebab dan tidak bersandar kepada sebab itu sendiri. Karena segala sesuatu tergantung padatakdirAllah.
  2. Seseorang tidak boleh sombong terhadap dirinya sendiri ketika tercapai tujuannya, karena keberhasilan yang ia dapatkan merupakan nikmat dari Allah, berupa sebab-sebab kebaikan dan keberhasilan yang memang telah ditakdirkan oleh Allah. Kekaguman terhadap dirinya sendiri akan melupakan dirinya untuk mensyukuri nikmat tersebut.
  3. Munculnya ketenangan dalam hati terhadap takdir Allah yang menimpa dirinya, sehingga dia tidak bersedih atas hilangnya sesuatu yang dicintainya atau ketika mendapatkan sesuatu yang dibencinya. Sebab semuanya itu terjadi dengan takdirAllah. Allah berfirman (yang artinya),“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. …” (QS. Al Hadiid : 22-23). (Syarh Ushuulil Iman)
Demikian paparan ringkas seputar keimanan terhadap takdir. Semoga bermanfaat. Alhamdulillāhiladzi bini’matihi tatimmush shālihāt.
Penulis : Adika M (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi)
Telegram-Button

buku tamu

hubungi kami

untuk servis maupun jasa pasang dapat menghubungi kontak

admin : fery sumanto

telp. : 0821-3566-2249
wa : 0821-3566-2249

Popular Posts

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.