dakwatuna.com - Catatan
ini bukan cerita bagaimana teori perjodohan Rasulullah dengan Khadijah,
Ali dengan Fatimah, atau kisah terkini antara Abdullah Khoirul Azzam
dengan Anna Althafunnisa dalam serial Ketika Cinta Bertasbih. Ini hanya
teori ringan berupa beberapa konsep yang harus dibuktikan sebagai
analisa bersama di zaman sekarang. Berikut konsepnya:
1. Konsep tawakal
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman
mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal. (yaitu)
orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman
dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat
ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang
mulia.”
Oleh karenanya bagi rekan-rekan yang dalam masa penantian hendaknya memahami konsep pertama ini sebagai langkah awal menuju proses selanjutnya. Bagaimana, mudah kan…!
2. Konsep penyembahan
“Hanya Engkaulah yang kami sembah , dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan [ (QS. Al-Faatihah: 5)
“Wahai anak muda peliharalah (ajaran) Allah niscaya Dia akan memelihara engkau dan peliharalah (ajaran) Allah niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika engkau meminta sesuatu mintalah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan mintalah pertolongan kepada Allah.”
Dalam konsep ke-2 ini tentunya memerlukan beberapa perangkat dalam melakukan segala jenis ibadah yang harus dilakukan dengan konsisten dan sabar. Mari kita perhatikan surat Hud juz 12 di bawah ini:
Pesan dari ayat yang agung di atas di antaranya, mari kita perhatikan:
- فاستقم = Perintah untuk konsisten dalam kebaikan
- ولا تركنوا إلى الذين ظلموا = Menjaga pergaulan
- وأقم الصلاة = Perintah menjaga Shalat
- إن الحسنات يذهبن السيئات = Hendaknya perbuatan buruk (dosa-dosa kecil) kita di iringi dengan kebaikan agar terhapus kecuali dosa besar via bertaubat
- واصبر = Dan perintah bersabar.
- Menyembah hanya kepada Allah.
- Meminta segala sesuatunya juga kepada Allah
- Belajar berbagi untuk menjadi pribadi yang taat
- Dan kesimpulan yang ada dari surat Hud di atas.
3. Konsep amal shalih dan Iman
Dari surat An Nahl ayat 97 juz 14 di atas, mari kita perhatikan sejenak kalimat “فلنحيينه” falanuhyiyannahu (maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya) , di sini Allah ta’ala menggunakan huruf ‘’Lam taukid” setelah huruf “Fa” dan “Nun tasydid” sebelum huruf ‘’Ha besar” di akhir.
Dalam kaidah bahasa Arab huruf Lam taukid (berharakat fathah) dan Nun Tasydid (dibaca dengan ghunnah/berdengung 2 harakat) yang di gabungkan dalam satu kalimat itu mempunyai arti:
- Penguat makna.
- Penekanan lebih bersifat jaminan, menguji secara pasti dan lainnya (sifatnya tergantung teks Qur’an)
- Bisa juga pengeras arti tergantung dari ayat sebelum dan sesudahnya.
Ada di Surat An Nahl ayat 97 juz 14 pada kalimat “فلنحيينه” falanuhyiyannahu, adapun konteksnya Allah ta’ala akan menjamin mereka (ikhwan dan akhwat) yang punya kecenderungan pada kebaikan dengan kehidupan yang layak, tapi dengan satu sarat yaitu ”percaya akan adanya satu Tuhan (Allah) tanpa menyekutukan-Nya’.
Adapun berupa ujian yang juga bersifat pasti:
Mari kita perhatikan kalimat ولنبلونكم “wa lanabluwannakum” (Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu). Artinya Allah hendak menegaskan bahwa akan ada pelbagai ujian yang bersifat pasti karenanya pula dipakailah huruf “Lam taukid dan Nun tasydid” sebagai bentuk keilmuan bagi orang-orang yang beriman agar bersiap-siap akan ujian dari-Nya, di antaranya :
- Rasa Takut yang kadang menghampiri
- Rasa lapar yang pernah dirasakan
- kondisi ekonomi menjadi kurang mengizinkan
- kehilangan sanak saudara atau orang-orang terkasih
- dan juga kekurangan akan buah-buahan (Makanan)
Kalimat pertama “ليسجنن” “layusjananna” (niscaya dia akan dipenjarakan) dengan lam taukid di awal dan nun tasydid di akhir, artinya memang betul Istri Al-Aziz atau yang lebih dikenal di kalangan masyarakat luas sebagai Zulaikha, Zalikha atau Rahil, walaupun riwayat tentang nama sebenarnya tidak ada yang bisa di pertanggungjawabkan karena semuanya lemah. Bahwasanya dia hendak memenjarakan Yusuf jika tidak menuruti aturannya.
Tapi kalimat setelahnya justru berbeda, mari kita perhatikan ” وليكونا” “wa layakuunaa” (dan dia akan termasuk/menjadi) menggunakan huruf Nun Khofifah dan dibaca panjang 2 harakat yang bermakna: “Penekanannya lebih ringan ketimbang dengan nun tasydid”, artinya:
Maksud Istri Al-Aziz kepada Yusuf sejatinya bertentangan dengan hati nuraninya atau tidak sepenuh hati. Karena bagaimana mungkin dia melihat orang yang sangat di cintainya hingga di mabuk asmara karena ketampanannya menjadi orang yang terhina. Tentunya kita pun demikian tidak mungkin melihat orang yang kita cintai menderita. (Studi Normatif)
Sebenarnya apa yang dilakukan Istri Al Aziz kepada sang pujaan hati Yusuf adalah Salting (Salah tingkah) Istilah zaman sekarang karena cintanya yang berlebihan atau lebai (kata anak muda di zaman ini).
Kesimpulan konsep ke-3:
Almarhum Syeikh Tantowi (mantan Syeikh Al-Azhar Mesir) pernah mengatakan kalau ayat dari Surat An Nahl di atas merupakan ganjaran di dunia bagi orang-orang baik lagi beriman kepada Allah yaitu “kehidupan yang layak”. [8]
Para ulama sendiri mengartikan kehidupan yang layak ini beragam:
- Dijadikan pemegang kepentingan.
- Dimantapkan agamanya
- Diberikan rasa nyaman dalam hidup
- Pekerjaan yang cocok.
- Keluasan rizki yang baik
- Kemudahan demi kemudahan.
- Juga jodoh yang di idamkan dan masih banyak lagi.
4. Konsep Cinta
Cinta adalah anugerah Allah yang bisa mengantarkan manusia kepada kebahagiaan, para pakar Cinta sendiri mempunyai banyak definisi tentangnya dan saling berbeda tapi yang bisa disepakati adalah Cinta mendorong untuk melakukan hal-hal positif, karya-karya besar dan menjadikan hidup lebih hidup.
Cinta bisa menghilangkan rasa sakit, mendorong untuk segera sembuh, cinta juga bisa menggeser segala jenis rintangan, halangan, gesekan, ujian, cobaan, kesedihan, kegalauan, kesulitan dan benda-benda mati lainnya, karena hakikat cinta adalah benda hidup yang senantiasa menghiasi hari-hari pecinta sejati. Maka teruslah hidup dengan benda hidup (Cinta).
Cinta bukanlah pemaksaan kehendak dan bukan juga cinta siapa yang memaksakan kehendak, melainkan cinta adalah sebuah dialog antara dua insan yang harus di perjuangkan dengan rahmat dan ridha dari sang pemilik cinta yaitu Allah.
Cinta itu bermacam-macam : ada cinta kepada Allah dan rasul-Nya, kepada agama, Negara, Manusia, materi, lingkungan, hobi dan banyak lagi, bukti kita cinta kepada Allah yaitu patuh dan taat pada perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.
Cinta berawal dari pengenalan atau ta’aruf, setelah itu timbul rasa, lalu tanggung jawab dan yang terakhir adalah kesetiaan, bukan cinta namanya bagi yang tidak mengenal dan juga yang tidak setia kepada pasangan.
Cinta atau Mawaddah adalah mengosongkan hati dari segala kekurangan terhadap pasangannya, saling mengerti dan melengkapi, karena jika Cinta, segala kekurangan yang ada pada kekasihnya itu terlihat normatif, sehingga betapapun buruk yang di cintainya akan menjadi terlihat baik karena cinta dan itulah arti sejati dari Mawaddah. (Khusus yang sudah menikah)
Oleh karenanya bagi para penjalin cinta kasih (Suami-Istri) hendaknyalah memperjuangkan cinta, jaga cintanya agar tetap bersemi menghiasi isi hati, sedangkan bagi para penanti jodoh hendaknya bersabar akan jaminan dari Allah berupa kehidupan yang layak di dunia seperti yang tersirat pada surat An Nahl ayat 97 juz 14.
Inilah rangkaian singkat dari arti cinta, oleh karenanya wajib bagi kita untuk memahami lebih dalam akan arti cinta sebelum kita melanjut ke Konsep jodoh yang terakhir.
5. Konsep mencari sebab
Ajaran Islam bukan saja mengedepankan sisi “Spiritualitas” tapi juga ada sisi lain yang penting diperhatikan yaitu “Rasionalitas” dari sinilah banyak ilmuwan barat ramai memeluk ajaran Islam karena ajarannya yang rasional.
Kalaulah kita hanya berpegang pada sisi spiritualitas saja tentu bisa menggambarkan Islam di mata dunia sebagai ajaran khurafat atau takhayul. Adapun jika pada sisi rasionalitas saja tentunya ajaran ini tak ubahnya sama seperti ajaran Paganisme (penyembah berhala).
Beberapa contoh rasionalitas dalam Islam (Mengambil sebab):
a. Pembuatan bahtera nabi Nuh sebagai penangkal dari musibah banjir besar.
b. Proses mendapatkan makanan seorang Maryam
c. Proses penyembuhan atas Wahyu dari Allah kepada nabi Ayyub.
Adapun mengambil sebab menanti jodoh, berikut uraiannya:
1. Selipkanlah doa ini dalam sujud sebagai wujud dari Ibad Rahman (hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang).
2. Mulai melakukan proses pencarian belahan jiwa, adapun dicarikan melalui bantuan orang lain hukumnya sah-sah saja.
3. Menikahlah dengan orang yang dicintai (laki-laki dan perempuan), atau bisa juga mencintai orang yang menikahi (khusus untuk perempuan).
4. Menikah bukan hanya dengan orang yang dicintai, melainkan berkomunikasi dengan keluarga besar pasangan yang juga baik, karena ini adalah porsi ideal dari kebahagiaan menikah sebagaimana petunjuk Rasul untuk melihat garis keturunan yang baik, adapun jika kita belum mampu mengikuti anjuran tersebut hukumnya tidak mengapa, karena bisa jadi orangtua pasangan kurang sholeh tetapi anaknya sholeh, jika sudah kepalang cinta alias cinta medok. (Opsi ideal lebih ditekankan)
5. Jika sudah merasa mampu dan mendapatkan jodoh yang di idamkan, segeralah menatap langit dengan penuh pengharapan sambil bergerak maju dengan badan tegap sambil melangkah untuk segera melamar sang gadis atau janda (gadis lebih di anjurkan karena keutamaannya) dengan mengucap “Bismillah”
6. Adapun untuk para akhwat hendaknya bersabar dan terus memperbaiki diri sambil berusaha dan berdoa agar pangeran berkuda putih segera datang menjemput Anda.
7. Semoga berhasil kawan…
Menjemput biasanya di iringi dengan proses atau persiapan-persiapan, menjemput anak pulang dari sekolah, menjemput bola, menjemput keluarga, saudara, kerabat dan handai taulan di bandara, stasiun atau terminal misalnya. Akan menjadi lebih bermakna jika seseorang atau mereka yang kita jemput adalah orang-orang terdekat dan mempunyai kedudukan di hati kita.
Kita bisa membayangkan bagaimana perasaan seseorang yang sudah lama terpisah dari keluarga karena sang buah hati yang hendak di jemput telah lama meninggalkan Ibu pertiwi untuk menuntut ilmu atau bekerja di luar negri.
Dalam sebuah ungkapan:
“Semakin besar frekuensi dan kuantitas seseorang terpisah dari keluarga dan orang-orang terdekat maka semakin besar pula kualitas kecintaan antara keduanya”. Tidak percaya….silakan buktikan!!
Proses menjemput ini bisa dibagi menjadi 2:
- Mandiri
- Perantara
Adapun dengan cara kedua yaitu perantara juga tidak mengapa karena bisa jadi cara pertama terhalang oleh beberapa faktor seperti kesibukan orang tua, keadaan yang kurang mengizinkan atau alasan lainnya, yang terpenting adalah orang yang kita amanahi untuk menjemput buah hati benar-benar bisa mewakili dan membuat hati tenang karena kita percaya akan perantara tersebut.
Lalu…bagaimana dengan menjemput jodoh, tentu tidaklah sama dengan proses menjemput pada umumnya karena kita tahu jodoh adalah rahasia Ilahi, paling tidak ini hanya sebuah gambaran kecil akan setiap proses dalam sendi-sendi kehidupan karena hakikatnya manusia hanya diperintahkan untuk berikhtiar atau berusaha maksimal dengan cara-cara yang di ridhai Allah ta’ala, adapun konsep yang hendak kita tawarkan adalah sebagai analisa bersama, di antaranya:
1. Konsep Niat
Dalam kaidah fiqih dikatakan:
Kaidah ini sesuai dengan hadits Umar bin Khattab
إنما الأعمال بالنيات / Innama al a’maalu binniyaat
“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya”
Esensi niat
Begitu agungnya niat dalam ajaran Islam, sampai-sampai baik dan buruknya amal perbuatan di nilai dari tulus dan tidaknya niat seseorang, suatu perbuatan yang di niatkan semata-mata karena Allah ta’ala jelas akan berbuah pahala sebagai penambah timbangan kebaikan kelak di akhirat.
Begitu tidak mudahnya menjaga niat, sampai-sampai ini bisa menjadi penyebab di giringnya seseorang ke dalam api neraka, sedikit saja kita salah dalam menempatkan niat, maka akan berakibat fatal, kalaupun tidak di dunia, di akhirat itu adalah kepastian balasannya.
Sebagai contoh:
Seorang mujahid yang ingin di panggil seorang syahid dan pemberani…
Seorang penderma yang ingin dipanggil orang yang begitu dermawan…
Dan seorang yang ahli Qur’an yang ingin di panggil pribadi yang shalih, berilmu ataupun qori…
Itu semua akan terbantahkan di pengadilan Allah ta’ala, karena niat mereka yang melenceng dari jalurnya ketika hidup di dunia.
Hampir saja kita tergelincir…..!!
Hampir saja kita di giring ke api neraka…..!!
Hampir saja kita salah dalam berniat…..!!
Hampir saja…….!!
Selama kita masih bisa memperbaiki dan memperbaharui niat di dunia, maka perbaikilah secepat dan sedini mungkin. Insya Allah harapan itu masih ada!!
Begitu tidak mudahnya mempelajari ilmu “Niat”, sampai-sampai sewaktu kami masih duduk di bangku kuliah Universitas Al Azhar di Kairo-Mesir, pembahasan hadits tentang niat selalu masuk dalam diktat kuliah setiap tahunnya, padahal dari teks dan pembahasan haditsnya selalu tidak jauh berbeda.
Saya dan teman-teman kampus juga pernah mendiskusikan betapa seringnya pembahasan ini di pelajari, hingga akhirnya perlahan kami mulai memahami bahwa menjaga niat kedengarannya memang mudah tapi pada prakteknya justru sebaliknya.
Betapa utama dan mulianya amal para Sahabat Rasulullah, sampai-sampai kebaikan kita berupa berbagi kepada sesama dengan nominal yang besar atau seberat gunung Uhud pun belum tentu bisa menyaingi dermanya para sahabat walau hanya sebiji kurma yang begitu ringan, ini semua karena niat yang begitu tulus serta hati mereka senantiasa terjaga dan tunduk ruduk patuh kepada Allah ta’ala.
Jujur saja, kalau kami boleh membuka sedikit rahasia, sebenarnya antara ikhlas dan riya (Beramal agar di lihat orang) itu berbeda tipis yaitu sekitar 1 cm atau mungkin kurang dari itu karena saking tipisnya.
Sebagai contoh, shalatnya seseorang yang bisa saja khusyu’ di rakaat pertama, tiba-tiba pada rakaat kedua lewatlah di depannya orang yang punya kedudukan di matanya:
Entah itu calon mertuanya kah!!
Direkturnya kah!!
Bosnya kah!!
Calon istrinya kah!!
Calon suaminya kah!!
Pejabat Negara kah!!
Dan tokoh masyarakat kah!!
Bagi mereka yang senantiasa menjaga niatnya bisa saja tetap khusyu’ hingga rakaat terakhir, tapi lain halnya bagi orang yang niatnya kurang kuat atau lemah, bisa saja shalatnya dibuat menjadi lebih indah agar tampak baik di hadapan orang yang tidak sengaja melihatnya shalat.
Nah…..kalau sudah begini adakah hubungan antara niat dengan menjemput jodoh?!………
Hubungan jelas ada bahkan sangat erat bak cicak yang sedang menempel di dinding atau seorang bayi yang ada dalam gendongan dan pangkuan ibunya, adapun tahapan-tahapan yang perlu kita perhatikan di dalam
konsep pertama sebagai berikut:
- Pastikan awali proses penjemputan ini dengan niat yang kuat
- Niatkan semata-mata untuk beribadah dan mengharap ridha dari Allah ta’ala
- Bukan hanya berniat tapi tancapkanlah niat dalam-dalam di dada kita
- Semakin kuat niat seseorang maka semakin besar pula usaha yang akan di tempuh.
- Dan yang terakhir pastikan juga kita rajin meng-update niat jika memang di perlukan.
2. Konsep Berpikir
Sejatinya Allah jadikan kita terlahir dan hidup di dunia ini tiada lain mempunyai tujuan, oleh karenanya dikaruniakanlah akal kepada setiap insan yang dengan itulah menjadi pokok pembeda antara manusia dan hewan.
Allah ta’ala senantiasa menjadikan syariat dan segala sesuatunya melainkan mempunyai tujuan, dalam Qur’an sangat jelas di terangkan, sebagai contoh:
- Perintah Shalat = لذكري/ untuk mengingat dan lebih dekat dengan Allah
- Puasa = لعلكم تتقون /agar menjadi pribadi yang bertaqwa
- Membayar zakat = تطهرهم وتزكيهم بها/mensucikan diri dari penyakit cinta dunia berlebih
- Pergi Haji = ليشهدوا منافع لهم/ supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka
- Menikah = لتسكنوا إليها/ supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya
Dalam penciptaan malam dan siang yang silih berganti pun Allah ta’ala jadikan tujuan bagi hamba-hambaNya yang beriman sesuai dengan petunjuk Al Qur’an:
وهو الذي جعل الليل والنهار خلفة لمن أراد أن يذكر أو أراد شكورا.
62. Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (QS: Al Furqaan ayat 62 juz 19)
Iya…. “Berpikir dan terus berpikir”.
Dari hari ke hari, malam demi malam, siang demi siang, hidup ini senantiasa terus bergerak, umur pun semakin bertambah seiring dengan pergantian hari tersebut.
Sebagai manusia yang Allah ta’ala anugerahkan hati nurani dan akal sehat, tentunya mereka akan memikirkan langkah-langkah positif dan bermanfaat dalam hidupnya.
Adapun hidup ini senantiasa bergerak untuk menyempurnakan titik demi titik menuju fokus yang di harapkan yaitu husnul khatimah di akhir hayat dan mendapat ridha Allah semata, semakin hari semakin banyak pula hal-hal yang harus di persiapkan dan di pikirkan.
Dalam konsep yang ke-2 ini, ada beberapa point setelah konsep niat, di antaranya:
- Berpikir positif setelah berniat menjemput jodoh
- Berpikir kalau umur kita semakin saja bertambah
- Berpikir kalau memang kita sudah siap menikah, mau tunggu apa lagi!!
- Mau tunggu mapan, kaya raya dengan segudang jabatan itu boleh-boleh saja tapi kita juga harus flexible dengan keadaan psikologis.
- Niatkan proses penjemputan ini semata-mata ingin menjaga diri dan menjauhi murka Allah ta’ala.
- Berpikir cepat dan berani menerima resiko atas keputusan kita
- Dan jangan lupa terus berusaha keras menuju kehidupan layak dan berdoa.
3. Konsep pemahaman
Allah ta’ala berfirman dalam surat Ar Ruum ayat 40 juz 21:
Mari kita perhatikan ayat yang ada di konsep ke-3 ini:
- الله الذي خلقكم = Allah-lah yang menciptakan kamu
- ثم رزقكم = kemudian memberimu rezki
Kita tidak pernah meminta untuk di lahirkan ke dunia ini dalam keluarga, keadaan ekonomi, sosial dan budaya tertentu, oleh karenanya dalam bahasa Al Qur’an pun menggunakan kata-kata خلق (Kholaqo) yang artinya menciptakan.
Penciptaan ini berawal dari ketiadaan menjadi ada, dan kata-kata ‘Menciptakan’ ini menjadi pembeda antara penciptaan nabi Isa yang lahir tanpa ayah dengan izin dari Allah ta’ala dan kehadiran nabi Yahya dengan menggunakan kata ‘melakukan atau berbuat sesuatu’ yang terlahir dari orang tuanya yaitu nabi Zakaria yang sudah tua renta sebagaimana di jelaskan oleh syeikh Muhammad Marsu salah satu ulama kenamaan di kota Tanger-Maroko bagian utara.[1]
- Penciptaan Nabi Isa dalam surat Ali Imran ayat 47:
Di ayat ini menggunakan kata خلق- يخلق (menciptakan), mari kita perhatikan:
- الله يخلق ما يشاء = “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.
- Kelahiran nabi Zakaria di surat Ali Imran ayat 40:
Di ayat ini tidak menggunakan kata خلق- يخلق (menciptakan), melainkan فعل- يفعل) Melakukan perbuatan/berbuat sesuatu) yang memiliki makna berbeda satu sama lainnya sesuai dengan esensi ayat dan karunia yang Allah ta’ala miliki atas makhlukNya, mari kita perhatikan:
- الله يفعل ما يشاء = “Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.”
Dengan demikian penciptaan manusia itu sendiri adalah:
Sesuatu yang bisa menjadi renungan bagi kita!!
Sesuatu yang luar biasa!!
Sesuatu yang besar!!
Walaupun penciptaan manusia itu sendiri tidaklah lebih besar daripada penciptaan langit dan bumi.
Dalam bahasa Arab kata agung atau besar bisa berarti عظيم (adhiim) atau dalam konteks kekinian bisa di artikan sebagai sesuatu yang ‘Waaaw’, jika orang Arab sudah mengucapkan kata adhiim, ini berarti mempunyai makna mendalam baginya, kebiasaan masyarakat Mesir dan negara-negara Arab umumnya jika hendak bersumpah mereka menggunakan lafazh والله العظيم (Wallahi al Adhiim) yang artinya ‘Demi Allah yang maha besar’.
Hakikat penciptaan Manusia
Tentunya kita semua sadar kalau manusia tidaklah kuasa untuk bisa hadir di dunia ini, bahkan kita sendiri tidak kuasa untuk bisa menghadirkan seorang bayi yang lucu, imut, mungil lagi menggemaskan dan menentukan anak laki-laki atau perempuan untuk menjadi anak kita kelak, melainkan semua itu terjadi dengan izin dari Allah ta’ala. Bukankah demikian!!……
Jika kita mau belajar untuk memahami ayat-ayat Allah ta’ala dengan sebenar-benar pemahaman akan penciptaan diri kita yang tiada lain untuk beribadah di setiap detik yang senantiasa menghiasi hari-hari kita.
Maka kita akan menjadikan proses Menjemput jodoh ini sebagai sebuah rangkaian ibadah menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, kalau makan dan minum saja bisa menjadi ibadah jika di niatkan semata-mata karena Allah ta’ala dan bukan untuk sekadar bertahan hidup saja, apalagi dengan niat kita yang hendak mengikuti sunah Rasulullah yaitu menyempurnakan agama dengan menjemput calon pendamping kita untuk segera di nikahi.
Tentu ini adalah perbuatan yang mulia apalagi jika tujuannya untuk menjaga kehormatan dan harga diri di tengah zaman yang semakin menggoda dengan segala perhiasan dunia dan di tambah umur yang makin bertambah. Bagaimana…siap kan…Semoga!!
Hakikat Rizki
Setelah kita belajar untuk membaca, mempelajari, memahami dan merenungkan hakikat akan ayat penciptaan
- الله الذي خلقكم = Allah-lah yang menciptakan kamu
Mari kita lanjutkan untuk mempelajari ayat berikutnya:
- ثم رزقكم = kemudian memberimu rezki
Sesungguhnya Allah ta’ala lah yang memberikan rizki kepada manusia, dan rizki Allah amatlah luas, rizki Allah tidak saja sebatas materi atau uang yang melimpah, melainkan bisa berupa nikmat-nikmat berharga yang ada di sekitar kita, di antaranya:
- Kesehatan
- Keadaan menyenangkan dan waktu luang
- Jiwa yang kaya karena senantiasa merasa cukup
- Anak-anak yang shalih
- Kehidupan yang layak
- Menantu dan mertua yang bijak
- Jodoh idaman
- Dan masih banyak lagi
Mari kita perhatikan ayatnya:
- لا نسألك رزقا= . Kami tidak meminta rezki kepadamu
- نحن نرزقك = Kamilah yang memberi rezki kepadamu
Ayat ini di perkuat dengan ayat lainnya di beberapa surat, di antaranya:
Allah sang maha kaya
Maha suci Allah dari segala kekurangan, maha suci Allah dari segala sesuatunya, sekalipun manusia yang ada di muka bumi ini semuanya kufur atau mengingkari akan nikmat-nikmat yang telah Allah ta’ala berikan kepada mereka, itu semua sama sekali tidak menjadikan Allah ta’ala miskin atau sempit, karena tanpa materi dari kita pun Allah ta’ala tetaplah maha kaya lagi maha terpuji.
Maksud ayat ini adalah manusia beriman atau tidak, hal itu tidak merugikan Tuhan sedikitpun. Iya…..tidak sedikitpun berpengaruh pada sang maha kaya, sang pemberi rizki dan sang maha luas karuniaNya.
Pesan ilahi ini senada dengan perkataan nabi Musa yang di abadikan dalam Al Qur’an dan terbingkai indah dalam surat Ibrahim ayat 8 juz 13:
Karena pada hakikatnya semua yang ada di dunia ini adalah milik sang maha kaya dan sang maha terpuji.
Adapun kita sebagai manusia hanya di berikan titipan berupa rizki, yang itu semua bisa berupa:
- Anak
- Istri
- Materi
- Umur
- Jabatan
- waktu
- dan lain sebagainya.
Allah ta’ala senantiasa akan menolong hamba-hambaNya yang menikah karena ingin menjaga kehormatannya, bahkan menjamin rizkinya sesuai dengan isyarat dari Qur’an dan hadits:
Mari kita perhatikan, pelajari dan pahami secara perlahan dalil-dalilnya:
- Al-Qur’an:
- Al Hadits:
- الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ = Seorang mujahid fi sabilillah
- وَالْمُكَاتَبُ الَّذِي يُرِيدُ الْأَدَاءَ = Seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka
- وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ الْعَفَافَ = Seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya.
Penghasilan seorang bujang sebesar 500 dollar perbulan bisa saja kurang bahkan cepat habis tanpa disadarinya, nah….berbeda saat sang bujang tadi telah menikah dengan penghasilan yang sama yaitu 500 dollar perbulan, otak kanan sang bujang pun bermain dengan menghemat pengeluaran dan lebih cermat dalam menggunakan hartanya, di tambah lagi dengan keajaiban-keajaiban dari langit yang tidak disangka-sangka akan karunia Allah ta’ala tentang keutamaan menikah.
Bukan tanpa alasan Allah ta’ala menjamin orang yang telah menikah lalu secara tiba-tiba menjadi kaya raya tanpa adanya usaha, pertolongan Allah ta’ala di sini bisa kita artikan beragam, di antaranya:
- Di buka dan di cerahkan pikirannya
- Munculnya rasa tanggung jawab
- Hidup menjadi lebih bergairah dengan kasih sayang
- Menjadi lebih produktif
- Semakin bijak dan dewasa
- Pertolongan Allah dengan makna sebenarnya dan itu sangat mudah bagiNya.
Maka….segerakanlah bangun dari mimpi dan bergegas bangkit menjemput mimpi Anda menjadi nyata dengan mengucap ‘Bismillah’. Bagaimana….mudah kan!
0 komentar:
Posting Komentar